Oleh : Devi Pratiwi S
Aku hampir lupa
kapan terakhir kita bertemu
Biasanya aku
tertawa dan menangis dibawah pelukan derasmu
Agar mereka tak
tahu bagaimana caraku menunjukan perasaan
Tapi berbulan-bulan
aku menunggu
Kamu tak lagi
datang
Aku rindu kala aku
asyik berdo’a dibalik payung itu
Karna katanya waktu mustajabnya do’a itu adalah
ketika kamu datang.
Indah bukan?
Wahai hujan,
Meski sebagian
orang khawatir atas hadirmu
Kala kamu mampu
menenggelamkan sebuah desa
Tapi hari ini,
tanah yang ku pijak
mulai kering
Sumber air tak mau lagi
mengalir deras
Nyamuk berlari-lari
di sekitar kelambu kamar
Pun suhu udara
menyaingi matahari
Sepanjang waktu aku
menunggumu datang
Ketika bulan sudah
memasuki november
Aku berharap cemas saat petir mulai bergemuruh
Dan awan terlihat
menggumpal kelam.
Mungkin kamu akan datang ?
Mungkin kamu akan datang ?
Ternyata mendung
tak selamanya hujan
Langit hanya bisa
menebar harapan, sedang aku
Hanya bisa menjadi
perempuan penanti hujan
Dengan selalu percaya :
Atas izinNya hujan akan kembali datang memeluku dan
menyirami
kegersangan tempat ini
diwaktu yang tepat
bukan?
Semoga :’)
Bandung,
1 November 2015
Sumber Gambar : https://kulihatkurasakudengar.wordpress.com/tag/payung/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar