LET's

Jumat, 31 Januari 2014

Cinta Bumi : Biopori


      Awal tahun biasanya digunakan banyak orang untuk membuat resolusi dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik khususnya untuk Negeriku  Indonesia yang pada tahun 2014 ini akan menyelenggarakan pesta demokrasi besar-besaran, tentu dengan harapan bahwa para pemimpin dan wakil rakyat yang baru bisa menjalankan amanahnya dengan baik sehingga dapat terus memperbaiki dan memajukan NKRI ini.
    Tapi pada kenyataannya awal tahun 2014 ini hampir setiap media jika memberitakan tentang kebobrokan para pejabat negeri, tidak kalah memprihatinkan juga tentang pemberitaan bencana di Indonesia yang tak kunjung henti dari mulai banjir Jakarta, Jabar, Jatim, banjir bandang Manado,meletus Sinabung, bencana longsor. Terutama perihal banjir yang memang mungkin sudah dianggap tradisi setiap tahunnya, kebanyakan masyarakat yang terlihat hanya bisa menyalahkan Pemerintah Daerah pada sebenarnya ini meruapakan tanggun jawab bersama. Tentu sebagai warga Indonesia hendaknya kita bersikap empati jika tidak bisa membantu untuk para korban, setidaknya bisa memberi bantuan berupa materi, do'a atau apapun yang dapat meringankan dan tidak kalah penting walau bencana alam itu kehendak Tuhan tapi ada hal-hal penting yang dapat dilakukan untuk mencegah/menanggulangi bencana ini. Bukankah Allah pernah berfirman kerusakan yang terjadi di muka bumi oleh karena ulah tangan manusia

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syuura [42]: 30)

Untuk itu marilah kita coba lakukan hal terkecil untuk dapat memperbaiki lingkungan ini, berikut adalah pemaparan tentang Biopori  untuk mencegah banjir. Ini juga merupakan program dari Pemkot Bandung loh yang dipelopori oleh wali kota Bandung yang luar biasa : Bapak Ridwan Kamil. Beliau mengadakan program relawan sejuta bipori sehingga diharapkan tiap RW mampu membuat banyak biopori utnuk resapan air.


1.      Latar Belakang

      Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin besar menyebabkan aktifitas penduduk dan perkembangan kota menjadi semakin pesat. Hal ini berdampak pada semakin banyaknya jumlah gedung dan permukiman-permukiman baru yang didirikan, sehingga berakibat pada semakin berkurangnya area infiltrasi air hujan. Sebagian besar air hujan yang turun ke bumi tidak dapat meresap secara langsung ke dalam tanah dan akhirnya menjadi limpasan (run off) atau yang sering disebut dengan air permukaan. Limpasan air hujan yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah bagi masyarakat, terutama adalah banjir. Pada musim penghujan sering sekali terjadi permasalahan banjir di sebagian wilayah kota-kota besar di Indonesia, termasuk kota Bandung. Lokasi yang rawan genangan banjir di Kota Bandung adalah di daerah Gedebage. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan banjir terutama untuk daerah pemukiman padat atau yang mempunyai lahan resapan air hujan yang minim dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Biopori. Teknologi biopori ini akan dapat mengurangi limpasan air hujan dengan meresapkan lebih banyak volume air hujan ke dalam tanah sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir.
      Bukan hanya mengatasi banjir saja, lubang resapan biopori pun mampu menyimpan air saat musim hujan dan kita dapat memanen air saat musim kemarau juga dapat memanen pupuk kompos setiap 6 bulan sekali.

2.      Tujuan

         Meningkatkan muka air tanah
         Mengurangi resiko banjir
         Menyuburkan tanah
         Mengurangi tumpukan sampah organik dan merubahnya menjadi pupuk kompos

3.      Landasan teori

      Lubang resapan biopori (LRB) adalah sebuah lubang yang berisi sampah organik, seperti daun-daunan, sisa makanan, sisa buah-buahan. Sisa makanan di dalam lubang ini, akan mengalami pembusukan dalam waktu sekitar 2-3 bulan akan menjadi kompos.
      Adanya proses pembusukan di dalam lubang, akan memancing binatang tanah, seperti cacing. semut dan serangga lainnya. Keberadaan binatang-binatang ini membuat lubang-lubang kecil, yang biasa disebut lubang biopori. Lubang biopori ini sangat efektif dalam menyerap air. Oleh karena itu lubang ini dinamakan lubang resapan biopori.
      Pembuatan lubang resapan biopori ini sangat sederhana, yaitu sebuah lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 10 meter. Bagian bibir lubang diberi penguat, agar tanah tidak mudah longsor, lalu bagian atas lubang diberi tutup berlubang (gril/filter). Pemberian tutup berlubang / filter ini bertujuan untuk mencegah orang terperosok ke dalam lubang. Tutup lubang ini harus berlubang, agar air hujan mudah masuk ke dalam lubang.
      Lubang resapan biopori (LRB) ini sebaiknya dibuat di tanah yang dialiri air hujan, seperti di dasar saluran / selokan air atau di sekitar tanaman. Lubang resapan biopori ini dibuat dengan jarak 1 meter antar lubang. Menurut hitungan bahwa setiap luas 45m2, dibutuhkan 2 buah lubang resapa biopori dan masing-masing lubang mampu menyerap 180 liter per jam.