LET's

Rabu, 25 November 2015

Selamat Hari Guru :)

NASEHAT K.H Maimoen Zubair Kepada Para Guru :

“Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang Penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan kepada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah.”

Selain yang telah dipesankan oleh Kyai Maimun, pesan bijak berikut juga patut direnungkan untuk para guru :

“Amal yang paling hebat bagi seorang Guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga”.




Selamat berjuang wahai para pahlawan ilmu. Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2015. Semoga dari tanganmu akan lahir generasi tangguh, berilmu dan berakhlak. Aamiiin...

Terlepas dari permasalahan kesejahteraan guru dan pendidikan yang belum merata di negeri ini. Setelah menjalani profesi ini ternyata menjadi guru bukan perkerjaan yang mudah. Tentang tantangan untuk "Memanusiakan Manusia".Tapi yang paling membahagiakan ketika peserta didik yang kita ajar sukses dalam pencapaian karir atau menjadi pribadi yang jauh lebih baik melebihi dari diri kita sebagai gurunya, mereka tumbuh menjadi seorang yang mereka inginkan dan harapkan. Bagaimanapun tantangan esok hari dan dimasa depan, semoga Allah terus menjaga rasa ikhlas ini, memberikan kesabaran tiada batas, menjaga semangat ini, dan selalu memberi kesempatan untuk menyebarkan ilmu yang kita miliki sampai akhir hayat  nanti. Mengutip dari ucapan Pak Anies Baswedan bahwa salah satu cara kita menghormati guru-guru kita adalah dengan menghargai masa depan kita sendiri. Apabila kamu menghargai masa depanmu setidaknya kamu bisa membantu memperbaiki bangsa ini.
Mari do'akan guru-guru kita yang sedari kecil  telah mengajarkan dan mendidik kita hingga saat ini :)
- Devi Pratiwi S-



Minggu, 22 November 2015

Absurd (?)

Oleh : Devi Pratiwi Sudrajat

Kata orang perasaan itu banyak bentuknya
Ini mulai terjadi jauh sebelum matahari terbit hari ini
Kala pertama kali merasakan hal yang berbeda
Dalam ruang hati yang tidak bisa terdefinisikan

Rasanya, bagaikan jatuh hati pada benda abstrak
Tidak jelas bentuknya tapi tetap suka

Rasanya, bagaikan mencintai hal gaib
tidak pernah terlihat tapi tetap percaya

Rasanya, bagaikan mengharapkan sesuatu yang absurd
Tapi tetap dido’akan

Rasa-rasanya tak terhitung  datang dan menghilang
Tapi tetap termaafkan

Lalu, bagaimana bisa ?
Kita tumbuh bersama hingga rasa "nyaman" lebat berbunga
Bukankah itu lebih bahaya dari sekedar rasa yang ada?

Diamku diammu membuatnya selalu menjadi teka-teki
Ada satu karakter darimu yang tak pernah bisa aku fahami,
Ada satu jawaban yang sudah lama aku persiapkan
Sayangnya tak pernah kamu tanyakan

Kita, hanya bisa diam-diam menabuh harapan
Dalam keheningan, pura-pura tak merasakan

Mungkin semua tidaklah salah
Hanya waktu yang bermasalah
Dan selalu kupasrahkan saja kamu dalam do’a
Hingga takdir menghampiri akhir perjalanan "kita".


sepertiga malam terakhir,
22 November 2015

dalam ruang imajinasi.

Jumat, 06 November 2015

Perempuan Penanti Hujan

Oleh : Devi Pratiwi S

Aku hampir lupa kapan terakhir kita bertemu
Biasanya aku tertawa dan menangis dibawah pelukan derasmu
Agar mereka tak tahu bagaimana caraku menunjukan perasaan
Tapi berbulan-bulan aku menunggu
Kamu tak lagi datang

Aku rindu kala aku asyik berdo’a dibalik payung itu
Karna  katanya waktu mustajabnya do’a itu adalah ketika kamu datang.
Indah bukan?

Wahai hujan,
Meski sebagian orang khawatir atas hadirmu
Kala kamu mampu menenggelamkan sebuah desa

Tapi hari ini,
tanah yang ku pijak mulai kering
Sumber air tak mau lagi mengalir deras
Nyamuk berlari-lari di sekitar kelambu kamar
Pun suhu udara menyaingi matahari

Sepanjang waktu aku menunggumu datang
Ketika bulan sudah memasuki november
Aku berharap cemas saat petir mulai bergemuruh
Dan awan terlihat menggumpal kelam. 
Mungkin kamu akan datang ?

Ternyata mendung tak selamanya hujan
Langit hanya bisa menebar harapan, sedang aku
Hanya bisa menjadi perempuan penanti hujan
Dengan selalu percaya :
Atas izinNya  hujan akan kembali datang memeluku dan
menyirami kegersangan tempat ini
diwaktu yang tepat bukan?
Semoga :’)

Bandung, 
1 November 2015




 Sumber Gambar : https://kulihatkurasakudengar.wordpress.com/tag/payung/