LET's

Minggu, 26 Oktober 2014

Cinta Tanpa Definisi


Cinta Tanpa Definisi
-Anis Matta -
          
Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.

Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira. Ia jelas, sejelas matahari. Mungkin sebab itu Eric Fromm ~dalam The Art of Loving~ tidak tertarik ~atau juga tidak sanggup~ mendefinisikannya. Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu definisi bagi dirinya.

Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan. Tidak ada definisi memang. Dalam agama, atau filsafat atau sastra atau psikologi. Tapi inilah obrolan manusia sepanjang sejarah masa. Inilah legenda yang tak pernah selesai. Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atau Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Romeo dan Juliet, Laela Majenun, Siti Nurbaya atau Cinderela. Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta di balik kemegahannya.


Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detail-detail nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupannya menjadi sublim: begitu agung tapi juga terlalu rumit. Perang berubah menjadi panorama kemanusiaan begitu cinta menyentuh para pelakunya. Revolusi tidak dikenang karena geloranya tapi karena cinta yang melahirkannya. Kekuasaan tampak lembut saat cinta memasuki wilayah-wilayahnya. Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya: seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayap Patah-nya.

Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya. Tapi di situ pula daya tariknya tersembunyi. Kerumitan tersebar pada detail-detail nuansa emosinya, berpadu atau berbeda. Tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia.

Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir atau nyala api, seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita. Semua sifat dan cara kerja udara, api dan air juga terdapat dalam sifat dan cara kerja cinta. Kuat, Dahsyat, Lembut, Tak terlihat. Penuh haru biru. Padatmakna. Sarat gairah. Dan, anagonis.

Barangkali kita memang tidak perlu definisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah definisi: karena ~kemudian~ semua keajaiban terjawab disini.

Kamis, 18 September 2014

Wisuda 2014 Buah Dari Perjuangan


Sepenggal episode hidup :

“ Skripsi ini ku persembahkan untuk Allah, keluarga, sahabat, para guru dan untuk yang ku cintai lagi mencintaiku “

Tentu saja disini aku tidak akan menulis skripsi,  kalimat di atas hanya sebuah kutipan ucapan syukurku di lembar tugas akhir strata-1 . Alhamdulillah segala syukur ku panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta Alam karena atas izinNya aku berhasil menyelesaikan studi Sarjana Pendidikan tepat waktu. Allah menjawab do’a-do’ku serta do’a-do’a orang yang selalu senantiasa mendukungku menemani perjuangan ini. Wisuda adalah jawaban atas do’a dan buah dari perjuangan studi, setidaknya ini salah satu caraku untuk membahagiakan kedua orang tua karena aku tahu jasa dan perjuangan mereka untuk mendidik dan menyekolahkanku itu bukanlah perkara mudah. Sungguh tidak ada kebahagiaan yang lebih indah selain kita bisa membuat orangtua tersenyum dengan sebuah usaha kita. Terimakasih ayah dan ibu semoga Allah selalu menyanyangi kalian membalas kasih sayang kalian dengan banyak kebaikan.

Kemarin dalam acara pelepasan wisuda prodi pendidikan kimia aku berkesempatan untuk menjadi perwakilan wisudawan/wati untuk menyampaikan pidato kelulusan di depan para dosen, orang tua, adik tingkat dan kawan-kawan seperjuangan.Tak banyak yang dapat kusampaikan selain rasa syukur yang teramat dalam menyampaikan penggalan kalimat bahwa “Wisuda bukanlah akhir dari perjuangan, tapi merupakan fase awal memasuki dunia yang baru  dunia dimana kita dihadapkan dengan dunia yang sebenarnya sebagai awal dari pendewasan (profesi)”.
Berasa kemarin aku menangis belum lulus SNMPTN ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) seandainya kau tahu mataku sembab seminggu kala itu berat badan turun drastis*terdengar berlebihan memang* karena aku rasa aku sudah berjuang semaksimal mungkin  tapi takdir berkata lain. Sering kali dalam hidup kita tak pandai fahami takdir  tapi sungguh ketika dijalani Allah memiliki rencana yang sangat indah. Sedari kecil aku memang bercita-cita menjadi guru, ketika itu aku harus mengambil “Planning hidup kedua” percis kurang lebih empat tahun yang lalu aku menginjakan kaki di Universitas ini setelah dinyatakan lulus ujian tulis dengan serangkaian tahapan dari mulai test pengetahuan umum sampai keagamaan.  Dan Allah menakdirkan aku menjadi mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri  Sunan Gunung Djati Bandung kupikir nama perguruan tinggi ini panjang sekali. UIN universitas yang punya label “ISLAM” katanya. Jelas karena Perguruan Tinggi Negeri ini berada dalam naungan Departemen Agama. Awal-awal kuliah rasanya ingin mutasi saja melihat kebanyakan teman-temanku notabene berlatar belakang pesantren atau aliyah.
Tapi setelah bersabar menjalaninya,  disini di tempat inilah aku menemukan jati diri. sungguh rencana Allah sangatlah indah. Disini aku mulai mengenal jilbab syar’i dan mencoba mengistiqomahkan diri “Mendahulukan yang wajib dan mengutamakan yang sunnah”,disini aku belajar tidak hanya ilmu pendidikan dan sains kimia tapi aku belajar MKDU ( Mata Kuliah Dasar Umum) nya pun bahasa arab, ulumul hadits, ulumul qur’an, Ilmu fiqh, ilmu kalam/tauhid,Ilmu Tasawuf, Sejarah peradaban Islam dsb yang begitu aku menikmatinya karena kebetulan latar belakang pendidikanku itu SD, SMP, SMA Umum dan yang paling berharga adalah tuntutan S1 UIN harus hapal juz 30 “Ya terkadang suatu tuntutan atau keterpaksaan membuat kita membuat kebiasaan yang baik”. Dengan semua itu harapannya bahwa sarjana UIN punya nilai plus dikemudian hari tidak minder membandingan dengan Universitas lain, agak sedikit berat memang membawa nama Islam dalam ijazah ku, namun kuharap itu semua tidak hanya simbol tapi semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan karena itulah yang terpenting.
Menjadi mahasiswa S1 aku sungguh terinspirasi dari perkataan mbak Oki Setiana Dewi “Aku tak mau menjadi mahasiswa Kupu-Kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) Kaya ilmu miskin pengalaman, juga  tak mau menjadi mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat) kewajiban utama terbengkalai”. Ya aku ingin hidupku berkah untuk sesama dan seimbang untuk itu disini aku mengenal Organisasi HAMKA Himpunan yang pernah kuceritakan dulu yang membuatku lebih berkembang. Juga mengenal LDK ( Lembaga Dakwah Kampus ) yang bernama LDM ( Lembaga Dakwah Mahasiswa ) jujur saja organisasi ini membawa perubahan begitu besar dalam hidupku. Tentang sebuah prinsip hidup memperkenalkanku pada tarbiyah, tentang ukhuwah kita ukh. Sipat, Ukh. Yanti, Ukh. Uyun, Ukh. Ajeng,Ukhti  Sri,Ukh. Cici, Ukh. Nida , Ukh Weni,Ukh Tia, Ukh Trisna, Ukh. Teti, Ukh Fitri  LDM 2010 “Ukhibuki Fillah” yang selalu menguatkanku dalam keistiqomahan dalam lingkaran membina dan dibina itu, jika harus ku bercerita disini rasanya terlalu banyak yang sudah kulewati juga berjuang bersama rekan-rekan FSLDK Baraya membuat aku memiliki banyak saudara dari berbagai kampus. HAMKA dan LDK kedua organisasi itu yang membuatku banyak belajar tentang idealisme layaknya mahasiswa agent of change, agent of control  tentang tri dharma perguruan tinggi, tentang dinamika politik kampus yang mungkin belum tentu ku temukan ketika kelak ku jalani pendidikan di S2 ataupun S3 kelak .
Selama mengemban pendidikan di UIN tentu aku tidak sendiri. Aku dipertemukan dengan teman-teman seperjuangan;  Pendidikan Kimia 2010 terutama kelas A  suka duka delapan semester kita bersama, rekan-rekan PPL SMAN 26 Bandung, Kelompok KKM 288  dusun Cibungur Sumedang. Tidak hentinya ku bersyukur telah dipertemukan dengan sosok-sosok yang luar biasa seperti mereka.
Aku juga menemukan sahabat , sahabat yang senantiasa menamani perjuangan kala suka duka tentang kita tentang kebersamaan yang begitu indah. Mereka mampu menerimaku apa adanya. Esa Nur’anisa (doso) sosok saudara kembarku dengan banyak persamaan diantara kita, bisa dibilang we’re soulmate “Dimana ada esa, pasti ada devi”berjuang bersama, Hilda Nur’anida (Dodot), Dini Andriyanti (Nde), Dian Nurjanah (Ceudi ), Ade Winayah (kodew), Fitriyani Muthi (Marmut), Anisa Illahi (Cabel), Lia Nurliana (Buli), dan Feny Hadiyanti (Fenol) dan aku Devi Pratiwi  ( KOPI mereka memanggilku ) yang kita sebut  nama persahabatan ini dengan“CANTIQ” :D .Bersama mereka kutemukan ketulusan. Di Aljabar “Bescamp kita” tempat berbagi, belajar bersama. Ku pikir empat tahun kebersamaan kita lebih dari sekedar indah mengenal mereka adalah suatu kebahagiaan. Yang mungkin hari esok kita akan melewati fase yang baru. Ku harap rasa kekeluargaan dan silahturahim  harus tetap terjaga sampai nanti kita menikah, mempunyai anak hingga sampai tua pun memori ini akan selalu ada  yang mungkin akan menjadi kenangan dan bahan canda tawa tentang kekonyolan kita kala itu . J

Kala aku terpuruk dulu, ibu pernah berkata “ Dimanapun mutiara berada ia akan terlihat kilaunya sekalipun didalam lumpur”. Di UIN Fakultas MIPA perlu banyak perjuangan untuk mendapat IP lebih dari tiga. Aku sangat bersyukur hingga pada kelulusan aku mendapat predikat Cumlaude dengan IPK 3,59. Sungguh perjuangan yang tidak mudah.

Selain menjadi mahasiswa aku pun terpilih menjadi Ass-Lab ( Asistent Laboratorium ) banyak pengalaman yang dapat aku ambil selama 4 semester 2 semester di Kimia dasar dan 2 semester di kimia organik, karena tidak semua orang dapat kesempatan itu,beasiswa DIPA , selain itu aku juga menjadi bagian dari anggota ACE ( Association Chemistry Education ) sebuah komunitas pendidikan kimia yang menggali potensi ilmiah angkatan pertama, bersama ibu dosen bu Euis kami membentuk komunitas ini berharap dapat menghasilkan generasi pendidikan kimia yang unggul dan berprestasi membawa nama baik Pendidikan Kimia UIN Bandung.

Semua pencapaianku tentu tidak terlepas dari bimbingan dosen-dosen yang begitu sabar membimbing kami. Bu Dra. Cucu Zenab S, M.Pd bu Kaprodi yang selalu dekat dan bersahabat sudah seperti ibu kami di pendidikan kimia , Bu. Dr. Ida Farida, M,Pd ,Bu Dr. Hj. Yunita,M.Pd, Bu. Dr.Hj. Siti Suyaningsih, M.Pd , Bu Dra. Neneng Windayani, M.Pd, Bu. Risa Rahmawati, M.P.Kim, Bu Euis Nursa’adah, M.Pd , Bu Dra.  Ratih Pitasari, M.Pd, Bu Imelda Helsy, M.Pd, Bu .Sari, M.Pd , Pak  Dr. Ara Hidayat, M.Pd, ,Pak Dadang Muhamad, M,Si mereka adalah sosok yang luar biasa. Menginspirasi kelak akupun ingin seperti mereka. Aamiin ^_^

Terimakasih kuhaturkan sebanyak-banyak kepada bu Dr. Ida Farida,M.Pd sosok menginspirasi dengan banyak karya ilmiahnya yang senantiasa dengan sabar membimbing skripsiku, yang pada saat itu aku sering galau karna nekat pengambil penelitian “Kualitatif” ^_^ , bersama Bu Dra.Ratih Pitasari ,M.Pd  pembimbing kedua skripsiku ibu dosen dan guru teladan dimataku.  Bu Euis Nursya’adah,M.Pd adalah dosen favorite ku dosen  muda serba bisa yang gaul juga terbuka bersama ibu wawasan ku meluas. Teruslah menjadi sosok yang menginspirasi bu dosen pembaharu untuk civitas akadamik UIN yang lebih baik.
 Dan terimakasih ku ucapkan kepada dosen pembimbing akademiku dari semester awal hingga akhir bu Dr. Hj. Yunita, M.Pd beliau sosok yang menginspirasi  trainer nasional kimia, penulis buku, dalam keadaan yang sedang sakit beliau setia mengajari dan membimbing kami bu Yunita juga sering mengirimkan SMS “devi sudah sampai mana skripsinya? Semangat ya” ditengah kesibukannya ibu selalu mengingatku, ah bu tak tau kami harus membalas apa semoga kebaikan ibu senantiasa Allah balas dengan berjuta kebaikan. Semoga ibu selalu diberi kesehatan. Ibu Neneng Windayani, M.Pd sosok dosen akhwat yang gaul yang selalu menginspirasi ketika mengajar yang selalu mengaitkan ilmu kimia dengan kekuasaan Allah SWT. Mungkin ilmu dan kebaikan mereka tak bisa aku balas tapi aku senantiasa berdoa agar Allah memberi banyak kebaikan untuk para dosenku tercinta.
Terimakasih bunga, coklat dan hadiah-hadiahnya yang sudah menyempatkan hadir ke UIN  jauh-jauh Agmer, Dita, Amel, Raika, Anez, teman2 kosan, Adik2 tingkat LDM, HAMKA. Semoga sukses selalu.
Itulah sepenggal episode hidup ini, sebuah kebahagiaan yang tak bisa aku jelaskan. memasuki fase yang baru dalam hidupku, bukan tentang toga dikepala, selembar ijazah, gelar dibelakang nama tapi bagaimana setelah ini aku harus memulai penggalan episode yang baru dengan harapan semua ilmu yang kudapat bisa menjadi berkah untuk orang-orang disekitarku, menjadi jalan pengabdian untuk bangsa dan agama lewat profesiku. Perjuanganku tentu tidaklah sampai disini, ini bukan akhir kawan, tapi ini awal perjuangan baru yang tentu masih banyak impian dan harapan yang ingin ku capai entah akan menjadi guru, kepala sekolah, dosen atau menjadi ibu rumah tangga sekalipun bahwa memang benar wanita harus memiliki pendidikan yang tinggi karena ia madrasah pertama dari sebuah generasi, teladan bagi keluaga (anak-anaknya) kelak nanti. J

See You On the Top SUCCSESS !!!!
“Terus belajar dan perbaiki diri untuk Dunia Bahagia Akhirat Syurga” ^_^

14 September 2014
Devi Pratiwi Sudrajat, S.Pd.

Jumat, 25 Juli 2014

Catatan Hati Seorang Rakyat: Fenomena PEMILU 2014



Setidaknya ini akan menjadi saksi bahwa aku pernah hidup di jaman reformasi dalam bingkai demokrasi, mengambil hikmah dari setiap tragedi di Negeri tercintaku INDONESIA

Jika akhir-akhir ini ibu-ibu bahkan bapak-bapak sedang ramai dengan sinetron yang diangkat dari novel Bunda Asma Nadia yang berjudul “Catatan Hati Seorang Istri”  maka disini kutuliskan sebuah postingan blog ”Catatan Hati Seorang Rakyat”, serangkaian tragedi yang terjadi di tanah pertiwiku INDONESIA. Walau aku tidak menekuni bidang ilmu sosial dan politik atau pun pemerintahan menanggapi berbagai isu dan fenomena di tanah air bukanlah suatu dosa bukan? sebagai warga negara kita memiliki hak untuk bersuara TENTUNYA dengan batas norma dan aturan yang SEWAJARNYA walau terkadang orang-orang menanggapinya secara berlebihan mungkin kusebut negeriku ini adalah “Negeri Para Komentator”. Kemarin sempat ingin ku kirimkan sebuah kolom opini ilmiah ke rubrik media cetak lokal terkait pemilu 2014 ini. Tapi mengingat pada saat itu tulisan ilmiah (re:skripsi) belum kunjung selesai dan opiniku pun belum tentu ada yang berkenan memuat. Lebih baik kualihkan saja energiku untuk hal yang lebih bermanfaat.

Berawal dari pemilihan umum Legislatif
Tepat pada tanggal 9 April 2014 kemarin bangsa Indonesia merayakan yang namaya pesta demokrasi, katanya. Setiap warga negara yang telah memiliki hak pilih tentu berkewajiban untuk memilih calon wakil rakyatnya menuju pemerintahan. Ini bukan pertama kali dalam hidup mengingat tahun 2009 pun aku sudah memiliki hak pilih. Tapi tahun 2014 ini adalah pemilu yang luar biasa bagiku. Apanya yang luar biasa? iya luar biasa capenya sepanjang masa kampanye  baca media massa dengan segala pemberitaannya. Ya ku tahu selama ini media itu pembawa berita untuk mencerdaskan rakyat dengan sikap netral tentunya. Tapi tidak yang kulihat di tahun ini. Setiap kubu saling menjatuhkan berlomba-lomba membuat issu dan fitnah yang mereka bingkai dalam berita. Yang lebih membuat miris situs islami yang selama ini menjadi wasilah syiar dakwah islam pun juga ikut tercemari.
Setiap orang mulai menunjukan karakternya menanggapi berbagai hal, yang lebih menyedihkan adalah para tokoh masyarakat, pejabat, beberapa figur , ustadz, kiayi, pendeta larut dalam pesta demokrasi ini. Temanku bilang di negeri ini akibat terlibat politik praktis para sosok para ulama itu telah menjadi bayaran partai, mereka berdagang ayat di mana-mana, Ustad adalah Usaha Tarik Duit, kitab suci hanya sekedar bacaan dan agama hanya sebuah nama. Naudzubillah.
Harta, tahta, wanita tiga godaan duniawi yang menjadikan manusia akan sangat berbeda. Jabatan yang tidak akan dibawa mati telah membuat buta. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku pada mereka yang aku cintai tapi selalu aku panjatkan do’a tolong kuatkan kami dalam keistoqomahan dan kejujuran agar apa yang kami lakukan bisa menjadi berkah di dunia ini. Ingatkan kami dalam kebaikan karena tak jarang  manusia berubah sedemikian rupa hanya karena sebuah jabatan. 

Calon Presiden - Wakil Presiden 2014

Rabu, 11 Juni 2014

Mereka Bilang Syurga Itu Terlalu Luas Untuk Dinikmati Sendiri


Bandung di sore hari 11/06/14
Sebuah surat cinta #1
Dari : Devi Pratiwi Sudrajat
Untuk : Orang-orang yang selalu aku sayangi dan menyayangiku


Kita sebagai manusia masing-masing terlahir jauh dari kesempurnaan. Layaknya dunia memiliki kutub utara dan selatan layaknya baterai memiliki kutub positif dan negatif, baik aku ataupun kamu memiliki dua sisi yang berbeda kelebihan dan kekurangan. Setiap dari kelebihanmu selalu aku teladani dan ku jadikan uswah, sebaliknya setiap dari kekuranganmu tak pernah sedikitpun aku coba menghardiknya tapi akan kurangkul, kuingatkan,kulengkapi dengan kelebihanku. Karena menurutku itulah hidup “saling mengisi”. Untuk itu janganlah meninggikan hati apalagi merendahkan diri.
Di dunia ini berbagai macam tercipta dengan segala karakternya, kita bukan malaikat yang selalu benar, pun juga bukan syetan yang selalu salah. Kita hanya terlahir sebagai manusia yang Allah perintahkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan juga kesabaran. Ketika aku sudah melaksanakan kewajibanku untuk menasihatimu dan kau sudah mendapatkan haknya untuk dinasihati, selebihnya semua kembali terhadap diri kita masing-masing. Apakah sebuah kesalahan dan kekurangan diri akan terus dipertahankan menggorogoti iman dan menutupi hati hingga menjadi kebiasaan buruk ? atau berusaha menjadi pribadi yang jauh lebih baik ? tentu kita pun tau bahwa Allah menuliskan dalam cintaNya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka”. Tapi ingat! jangan berubah karena manusia, berubahlah karenaNya sang khaliq yang maha membolak-balikan hati yang selalu mengawasi makhlukNya. Allah yang lebih tau tentang kita bukan manusia yang terbatas.
          Aku bukan seorang da’iah, gurumu, apalagi orangtuamu, aku juga merasa ilmuku masih sangat bodoh, aku hanya tak mau kita saling menggurui! Karena sikapku ini yang jauh dari sempurna maka itu selalu ingatkan aku jika aku salah atau ada hal dariku yang tidak berkenan terhadapamu karena menjadi baik itu butuh orang lain bukan? tetaplah disini bersamaku,sama-sama melangkah dalam kebaikan. Karena hidup di dunia semata-mata hanya untuk mengejar ridho-Nya agar kelak kita bisa sama-sama hidup kekal di akhirat dengan mendapat rahmat dariNya.aamiin Allahuma aamiin.  ^_^

      Syurga itu terlalu luas untuk dinikmati sendiri” –Unname


Sumber gambar : http://thibbalummah.wordpress.com