LET's

Kamis, 12 Mei 2016

Potensi Anak dan Problematikanya


Dalam diri manusia Tuhan YME ciptakan potensi yang beragam. Dulu ketika saya sekolah terkadang sedih jika mendapat nilai Bahasa Inggris saya yang lebih sering remedial dibanding nilai eksak. Atau daya minat saya jauh lebih suka mata pelajaran kimia daripada fisika. Pernah suatu ketika saya menangis di tempat bimbel karena takut menghadapi UN Fisika SMA. Tapi apa yang terjadi ternyata nilai Fisika saya memuaskan justru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sedikit pas-pasan. Sering saya mendapati murid saya berbohong pada orang tuanya, Ia terkadang memalsukan tanda tangan ketika nilai ulangan di sekolahnya jelek. Kebetulan saat ini saya masih mengajar di bimbingan belajar tidak sedikit orangtua yang menuntut saya untuk membuat nilai kimia anaknya tinggi di sekolahnya, padahal saya tau bagaimana potensi dan minat anak tersebut saya hanya berusaha membantu dia dalam belajar bagaimana membuat anak tersebut terasa mudah dalam memahami pelajaran, atau setidaknya membuat anak itu sedikit tertarik kepada mata pelajaran yang lebih banyak abstraknya ini. Seberapa sering saya memberikan jam tambahan malah membuat anak menjadi jenuh itu artinya selebihnya kembali kepada potensi anak tersebut sebagai guru/pendidik kami pun tidak bisa memaksakan.   

Disadari atau tidak potensi anak ada batasnya. Jika kita bicara soal teori  psikologi pendidikan,  Vgotsky menjelaskan bahwa setiap anak memiliki Zona of Proximal Development (ZPD) yaitu tingkat perkembangan aktual (mandiri) dan tingkat perkembangan potensial bimbingan. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Intinya dalam perkembangan diri anak dapat dibantu dengan dua hal secara intern ( kemandirian dan ketertarikan anak itu belajar ) dan  ekstern ( bantuan sekolah, bimbel, privat ). Keduanya harus saling bersinergi jika ingin mencapai hasil yang optimum .
 
Sumber Gambar : su-soku.com



Namun sekali lagi potensi yang dimiliki anak berbagai macam. Potensi sendiri ditentukan oleh dua hal yaitu minat dan bakat, perbedaannya adalah minat merupakan suatu ketertarikan sehingga anak berusaha untuk mampu mencapai sesuatu. Sedangkan bakat merupakan anugrah yang Tuhan berikan sedari lahir. Itulah pentingnya orang tua dan pendidik mengetahui potensi minat dan bakat yang dimiliki anak.

Ada yang pintar matematika namun lemah di bahasa, ada yang daya hitungnya lemah namun kuat di hapalan. Anaknya ingin masuk jurusan IPS tapi orangtua memaksakan jurusan IPA ditengah perjalanan anak menjadi malas-malasan belajar.

Oleh karena itu sebaikanya kita tidak terlalu memaksakan atau berfokus pada keterbatasan. Jadikan keterbatasan itu suatu peluang untuk nantinya kita dampingi agar tidak menjadi kelemahan yang menghambat, namun alangkah lebih baik lagi kita berfokus pada kelebihan untuk nantinya dapat dikembangkan dalam setiap diri potensi anak tersebut.

#SemogaPendidikanIndonesiaJauhLebihBaik :)
12-Mei-2016
Oleh : Devi Pratiwi S,Pd






Tidak ada komentar:

Posting Komentar