LET's

Minggu, 27 Desember 2015

Musibah Celengan di Akhir Tahun


Saya memiliki kebiasaan menyimpan uang di dalam celengan. Ibu selalu mengajarkan saya untuk selalu menyisihkan uang jajan sedari kecil. Seiring bertumbuh dewasa saya sadari menabung adalah suatu investasi yang menjanjikan. Karena dengan tabungan itu kita bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan apapun.

Ada satu cerita yang seumur hidup baru pertama kali saya alami. Khususnya di akhir tahun 2015 ini. Semoga bisa menjadi Tadzkirah ( pelajaran hidup ) untuk saya dan yang membaca ini.

Sejak bulan  april  2015 lalu, setiap satu bulan sekali ketika mendapat honor private atau hasil dari gaji mengajar saya sisihkan sekitar 100-300 saya tabungkan ke dalam celengan sisanya saya pakai untuk kebutuhan yang lain, karena Alhamdulillah selepas lulus saya sudah mengurangi jatah uang jajan atau meminta uang kepada ayah dan ibu. Rencananya uang tersebut saya akan simpan di Bank,  setidaknya sedikit membantu biaya semesteran S2 yang jatuh tempo pada awal januari mengingat ajuan beasiswa dari pemprov jabar yang saya ajukan bulan lalu belum ada tanggapan. Walau mungkin tidak seberapa dari jumlah total biaya kuliah tapi setidaknya saya berharap bisa meringankan beban orang tua.

Tepat setelah shalat dzuhur tadi saya bersama adik membuka celengan tersebut dengan ekspektasi selembaran uang kertas yang saya prediksi mungkin sekitar 1,6 jutaan dan  uang koin recehan 500 dan 1000. Celengan yang saya buka sama sekali tidak ada kerusakan, masih dalam keadaan utuh tanpa cacat, celengan tersebut pun saya simpan di tempat yang aman. Tapi subhanallah luar biasa kagetnya ketika saya bongkar yang tersisa hanya uang koin recehan 500 dan “satu” lembar uang 50.000 beserta ada bebera daun kering. Demi Allah begitu sangat terkejutnya saya, seumur hidup baru kali ini hilang uang di celengan dengan jelas-jelas masih teringat dalam pikiran saya bahwa setiap bulan saya selalu memasukan uang kertas ke dalam celengan ini walau mungkin tidak terlalu banyak. Yang tersisanya hanya kumpulan uang koin yang saya hitung berjumlah 230.000 dan satu lembar 50.000.
 Ini pengalaman yang sangat ganjal sekali susah dipahami oleh logika. Siapa yang dengan tega mengambil tabungan hasil keringat orang lain. Jika memang manusia kenapa celengannya masih dalam keadaan utuh? Apa memang ada yang menukarnya dengan bentuk dan motif celengan yang sama?Kenapa si pencuri tidak mengambil utuh satu celengan saja? jika berpikir  hal gaib adakah di zaman seperti ini makhluk astral semacam itu ? Tuyul ?

Sungguh hati ini sulit sekali untuk berbaik sangka disaat musibah seperti ini. Tidak ada yang tahu kapan kita akan kehilangan sesuatu. Yang bisa dilakukan hanya menduga-duga bersama orang rumah mengapa hal ini bisa terjadi padahal perasaan memang tidak ada yang tahu dimana saya menyimpan celengan tersebut.

Ini mungkin bisa menjadi pelajaran kepada diri saya, sebesar apapun perasaan kita menyimpan sesuatu ada kalanya kita lalai. Sedangkan orang lain mungkin saja tidak berniat jahat, tapi jika ada kesempatan semua bisa terjadi. Wallahu’alam hal itu bisa terjadi, dan siapa yang dengan tega melakukan kejahatan tersebut. Allah maha berkehendak.


Saya tidak mau berlarut atas kehilangan ini, walau pasti selalu jadi bahan untuk dipikirkan, kisah ibu dan ayah juga pernah hilang uang (tertipu) ratusan juta tapi in syaa Allah Allah selalu memberikan pelajaran, hikmah dan tujuan disetiap musibah ikhlas dan ridho terhadap materi yang diambil dari hidup kita mungkin adalah salah satu usaha untuk melapangkan hati. Anggap saja uang itu sedekah untuk seseorang yang membutuhkan kedepannya mungkin sedekah harus ditingkatkan lagi dan jika memang ingin menabung dengan uang kertas sebaiknya langsung ditransferkan saja di bank yang tidak ada ATM-nya atau membuat tabungan berjangka agar tidak terkuras habis disatukan dengan uang jajan. Semoga Allah selalu memudahkan saya dalam mencari rejeki yang lebih banyak yang in Syaa Allah diganti dengan yang lebih berkah. 

Sabda Nabi: Cintailah segala sesuatu didunia dengan segenap dan sepenuh hati, niscaya suatu saat  itu pasti akan meninggalkanmu. Hadis ini berasal dari ucapan Malaikat Jibril kepada nabi saw : Hai Muhammad hiduplah semaumu, kelak pasti engkau mati, Cintailah siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya dan beramalah semaumu, pasti engkau akan mendapatkan balasannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar