LET's

Kamis, 10 Desember 2015

Bermesraan Diantara Do'a dan Hujan

      Hari ini seperti biasa sepulang dari kampus, air hujan tidak bisa dihindari. Malas jika harus terus melawan arusnya terlebih kondisi tubuh kurang baik, dan tugas kuliah kian menumpuk menjelang UAS, jam mengajar juga meningkat. Rasanya tidak lucu jika tumbang bukan pada waktunya. Kata teman-teman jika menghadapi keadaan seperti ini, harus rajin minum suplemen dan kembali rutin berolahraga sekedar melawan musim pancaroba seperti ini.

Selalu bersyukur ada si Ujang yang selalu mengantarkanku kesana kemari, rela hujan-hujanan kadang ku jadikan dia sebagai perahu jika kebanjiran. Ya panggil saja Ujang. Motor vario merahku yang selalu menemani sejak jaman S1 hingga sekarang berjuang di jenjang lebih tinggi. J

Sedikit melirik layar telepon genggam ada pesan line dari murid yang seharusnya  terjadwalkan private sore ini “ Kaa Dev  aku lesnya sabtu sore aja, seninnya UAS kimia” ku jawab “OK” dengan mengirim stiker tanda penyemangat.

Ku putuskan untuk mampir sebentar di suatu toko buku. Bulan ini rasanya ada beberapa buku yang ingin ku beli tentang kimia, pendidikan, dan sastra mumpung masih terhitung tanggal muda. Aku tak pernah merasa puas jika berbicara tentang buku, pena dan tulisan. Setidaknya merekalah teman setia ketika batin berperang melawan sepi. Membaca dan menulis.

Hujan masih mengguyur bumi, aku menunggu sedikit reda di salah satu cafe mall dekat toko buku ini sekitar jalan Merdeka, Bandung. Sembari meminum secangkir coklat panas dan menumpang wiFi gratis sedikit menyelesaikan tugas analisis jurnal kinetika untuk dipresentasikan pekan besok.
Ya tapi beginilah perempuan, kurang berfokus. Baru saja kuselesaikan makalah satu halaman. Sudah beralih pikiran tentang sebuah analogi antara hujan dan do’a. Bagaimana bisa? kalian tahu bahwa hidayah menulis itu datang tidak terkira bisa kapan saja. Saat bangun tidur, saat kalian sedang di toilet atau sedang seperti sore ini.


Sebenarnya inti dari tulisan ini bukanlah hal-hal konyol yang ku curhatkan di atas, anggaplah itu sebuah pengantar intermezo dari seorang perempuan yang sedang mengigau, yang ingin kutulis disini adalah bagaimana keterikatan antara hujan dan do'a

Entah kenapa aku suka sekali tentang hujan.
Ia terkadang menjengkelkan, tapi tetap dinantikan sekedar melepas kegersangan bumi. Ia juga pergi dan datang secara tiba-tiba membuat siapapun terkadang tak bisa menghindarinya.
Salah satu yang kusukai disaat hujan adalah ia adalah tempat mustajabnya do’a. Bagaimana tidak aku sering memenjamkan mata disaat hujan lebat. Sekedar untuk berdo’a meminta setulus hati kepada sang Maha Segalanya. Memohon yang terbaik untuk diri kita atau untuk orang lain. Mungkin begitulah salah satu caraku mendekat pada Allah bermesraan diantara do'a dan hujan. 

Tapi pernah tidak terpikir oleh kita bahwa semua pencapaian yang telah kita peroleh itu selain dari hasil ikhtiar  adalah berkat  do'a-do'a dari orang-orang yang selalu menyanyangi kita dengan tulus?

aku mulai tersadar dan  bersyukur atas keadaanku saat ini, terlepas dari segala keterbatasan, kelebihan dan pencapaian hidup yang aku lalui selain hasil dari ikhtiar. Semuanya tentu atas izin Allah SWT yang telah meridhai takdir dan mengabulkan orang-orang yang senantiasa mendo’akanku. Pernah kubaca salah satu postingan line muridku Dian Dwi  kini Dian sudah kuliah yang ia cita-citakan ITB FPMIPA. Postingan dari tulisan Mas Gun :





Postingan di atas sedikit bikin melting. Aku juga tidak tahu kenapa Mas Gun mencoret kata kamu di kutipan postingannya itu. 

Tapi intinya jangan pernah kita sepelekan arti sebuah do’a ,Allah selalu mendengar do’a-do’a hambaNya. Cara mewujudkannya tentu Allah memiliki cara yang berbeda-beda ada yang cepat, ada yang di tunda atau bahkan ada yang digantikan dengan yang lebih baik. Semua kembali kepada paradigma kita tentang arti tawakal kepada ketetapanNya. Do'a itu tidak hanya permintaan tapi sebuah kepasrahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya. di luar kuasa manusia hanya Allah yang bisa membuat segalanya terjadi yaitu dengan do'a-do'a yang kita panjatkan.

Ketika kamu menginginkan sesuatu, mungkin kamu pernah berkata kepada mereka " Minta do'anya ya? Do'ain yang terbaik ya!" Wallahu'alam jika memang  mereka benar-benar mendo'akan kita dan Allah kabulkan. 

Sehingga, jika kamu telah berhasil, sehat, sukses atau apapun yang membuat kamu merasa puas dan bersyukur atas apa yang kamu miliki saat ini. Berterimakasihlah kepada orang-orang yang senantiasa mendo’akanmu terlebih orang tua, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang selalu mendukung lagi mencintaimu. Bahkan mungkin kamu sendiripun tidak pernah tahu jika di belahan bumi mana ada orang yang senantiasa mendo'akan kebaikanmu secara tulus dengan diam-diam. Cukup hatinya dan Allah yang tahu bahwa kamu adalah salah satu nama yang sering diselipkan dalam do'a. 

Semoga kita menjadi salah satu orang yang mendo’akan orang lain pula, karena kado terbaik adalah do’a yang diam-diam dipanjatkan dalam sujud kita.

Diantara jarak dan waktu, terkadang do’a adalah wujud suatu kepedulianmu, rasa cintamu terhadap orang yang mungkin berharga bagimu. Saat mungkin kamu tidak bisa bertemu dengannya atau bahkan menyapanya.
Do’a-doa yang kita titipkan setiap bulirnya mungkin tercatat oleh jutaan malaikat. Mempertemukan kita dalam kebaikan diakhirat kelak.

Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa bahkan merupakan pangkal atau ‘otak’nya ibadah Kata hadits Rosulullah SAW.

Semoga do’a itu terus menyirami kita seperti curahan hujan yang tak pernah alfa menyirami bumi. Aamiin

- Bandung, 10 Desember 2015 -

- Devi Pratiwi Sudrajat - 


Do'a, harapan, hujan, dan penantian mungkin di ilustrasikan pada lagu efek rumah kaca, selalu ada kebahagiaan setelah hujan, Entah itu langit cerah, pelangi indah, redanya banjir setelah hujan di  bulan Desember.

DESEMBER

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam

Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini,
Menanti..

Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,
Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi
Meneteskan duka meretas luka
Sampai hujan memulihkan luka


  






  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar