LET's

Jumat, 26 Juli 2013

Hanya Tak Ingin Menjadi “Aktivis Cengeng”!


Sebuah catatan kecil,
Malam hari itu hujan begitu derasnya,
seperti biasa ku simpan sebuah motor matic merah setiaku di garasi rumah.  
Kulihat jam dinding waktu sudah menunjukan hampir pukul 21.00
Kuucapkan salam dan mencium tangan ayah dan ibu
“ Dari mana saja teh, tumben hari ini sampai jam 9 ?“ sambut ibu
Lalu kuceritakan sepenggal pengalaman hari ini
“tadi PPL ngajar alhamdulillah dapat ngajar kelas X dan XI terus ke Panti Asuhan mau ada bakti Sosial anak-anak himpunan jurusan, setelah itu menghadiri undangan LDK , barusan Alhamdulillah acara penutupan pesantren kilat anak jalanan dikiara condong “
“Sudah makan?”
Ku jawab “ Sudah” untuk saja detik itu perutku tidak berbunyi, bahwa anak perempuannya ini sedang berbohong. Kejadian penutupan ASPAL tadi sungguh luar biasa memang menguras energi pikiran akhir-akhir ini bagaimana harus mengondisikan relawan dan anak jalanan sehingga terkadang perut sendiri pun lupa untuk dipenuhi haknya.
“teteh gak  cape? Berangkat pagi pulang akhir-akhir ini malam. Bukannya sedang alergi ? Tubuh juga perlu istirahat teh !” Nada ibu penuh kecemasan
Aku pun  hanya tersenyum dan berkata  “ Amanah bu “ lalu menutup pintu kamar.

Entah kenapa akhir-akhir ini rasanya penat sekali ingin rasanya menangis tanpa sebab,dengan tubuh yang luar biasa mengantuk aku menjalankan shalat isya dan tarawih munfarid. Tiba-tiba ada sebuah sms berbunyi, dan ku baca di layar hpku :

Sudah Berapa juz tilawah hari ini?di pertengahan Ramadhan Mubarak sudah khatam min. 1x kah ?
*jika belum maka jangan bertanya, kenapa dalam aktivitas kita merasakan lelah pun tak terarah”

Ya itu sms yang datang seakan menampar imanku kala itu, sms yang datang dari Murabbiku.
Beliau salah seorang yang selalu mengingatkan keadaan rukhiyah ini.

Ku buka Mushaf di dalam tas, sungguh sangat menyedihkan hari ini 14 Ramadhan tapi tilawah ku baru sampai juz 11 itu tandanya aku masih ada hutang 3 juz . Apa yang sebenarnya selama ini aku lakukan ? Bukankah agenda akademik, agenda organisasi, agenda dakwah itu ku niatkan karenaMu ?
Sungguh tidak pantas di dalam bulan Suci yang penuh rahamat penuh maghfirah keadaan iman dalam kefuturan.

Teringat sebuah karya yang pernah ku baca dari seorang akhwat tentang sebuah amanah :

Amanah ini,Bu..
 
Jalan ini memang panjang bahkan tak berujung…
Semakin kupandang semakin jauh ujungnya…
Inginku berlari sekencang-kencangnya untuk menyudahi perjalanan ini, tapi tak kunjung sampai
Sampai berdarah-darah kakiku, dihantam batu dan kerikil yang tajam…
Sakit sekali bu…

Jalan ini memang tak ramai…
Tak seramai tempat-tempat yang disukai kaum muda sepertiku…
Aku pun, tak mengerti mengapa aku sampai ke jalan ini
Inginku menangis sejadi-jadinya atas keterasinganku meski di keramaian…
Sampai letih raga ini mengajak mereka bersama beriringan dijalan ini…
tapi tak jua bu…

Jalan ini penuh onak dan duri
Langkah ku seringkali terjungkal, terjatuh, bahkan tertusuk duri tajam itu
Tapi, tangan-tangan itu mengajakku bangkit meski kami tertatih-tatih berjalan
Seringkali bahuku terguncang karena tangis lelahku…
Ingin ku sudahi langkahku, inginku akhiri semua ini…
Tapi bu….
Tarbiyah telah mengajarkanku untuk kuat…

Ibuku…
Izinkan aku bersimpuh di kakimu, menciumi tangan keriputmu…
Karena baru kusadar amanah itu berat sekali bu…
Sampai rapuh pundak-pundak ini memikulnya

Izinkan ku menangis sejadi-jadinya menyesali semua kealpaanku
Bahwa amanahmu melahirkan dan membesarkanku itu pun tak kalah berat…
Sampai mengubah bentuk fisikmu yang anggun menjadi rapuh
Apalagi yang mau kukeluhkan adalah sebuah kealpaan yang fatal bu…
Bahwa sebelum amanah ini menghampiriku
Kau pun lebih dahulu dihampirinya…
Mendidikku mengenal Tuhanku, mengajarkanku untuk cinta kepada RasulNya
Menjadi anak yang shalihah agar kelak berkumpul bersama di SyurgaNya
Apalah lagi yang mau kukeluhkan…

aku malu bu…
Karena dia pun tau sebatas mana kemampuanku memikul amanah ini…
Karena dia pun sudah menjanjikan siapa yang menolong agamaNya pasti dia menolong kita…

Ibu…
maafkan aku atas alpa ku
cukuplah sudah aku bermanja di pangkuanmu dahulu…
dan sekarang aku tak mau jadi aktivis manja..



Ya itu goresan puisi yang mungkin menggambarkan perasaan ku kali ini,
Aku harus bangkit ! tidak boleh kusia-siakan Ramadhan yang selama ini ku rindukan, tak boleh ku tenggalam dalam luasnya kefuturan. Semua amanah ini seharusnya membuat aku lebih dewasa dalam berpikir, bertindak bahkan dalam mengatur waktu.
Bukan malah menjadi ratapan keluhan.

Bukankah Allah menitipkan amanah itu kepada orang yang dipercayai olehNya ? Bukankah dulu aku yang berusaha menyemangati orang lain ditengah penatnya suatu amanah ?  Bukankah aku juga selalu mengingatkan mereka tentang amalannya?
Bukankah aku juga tahu Allah tidak menyukai orag-orang yang tidak mengerjakan apa yang mereka katakan?

“Hanya orang besar yang berani berpikir dan bertindak besar. Maka Allah titipkan amanah dan perkara yang besar. Mintalah energi besar pada yang Maha besar untuk menyelesaikan amanah itu”

“Jangan pernah minta diringankan beban padanya. Tapi mintalah agar bahu ini dikuatkan”

“Bukanlah karena kebetulan tapi karena Allah dan khilafan manusia yang menerima amanah sebagai khalifah dimuka bumi, Dan seketika itu seluruh pohon di taman pancasila akan berkata dihadapan Allah ta’ala, bahwa pada suatu hari telah ada diantara hamba Allah yang telah meneteskan peluh dan air mata demi memperjuangkan DinNya tanpa keluh kesah, penuh pengorbanan.

“Sekali lagi amanah terembankan pada pundak yang semakin lelah, bukan sebuah keluhan, ketidak terimaan…keputusasaan!! Terlebih surut langkah kebelakang. Ini adalah awal pertemuan,awal pembuktian,siapa diantara kita yang beriman. wahai diri sambutlah seruannya. Orang-orang besar lahir karena beban perjuangan. Bukan menghindar dari peperangan” (Syair Abdullah Bin Rawahab)

Ya Rabb, bagaimana inginku mengadu padaMu sedangkan semua tidak pernah tersembunyi dariMu, 
bagaimana inginku jelaskan segala urusanku sedangkan segala-galanya datang dariMu.
Engkau yang begitu tahu bagaimana aku, manusia yang lemah dan mempunyai kemampuan yang terbatas, tapi aku percaya Allah tidak akan memberikan ujian cobaan diluar batas kemampuan umatNya.

Seberapapun orang lain mampu memotivasi tatapi tetap pilihan kebangkitan ada didalam diri ini,
Maafkan atas semua alfa ku bu, terlebih padaMu ya Allah..




Karena amanah, Aku hanya tak ingin menjadi “Aktivis Cengeng”!

-          Bandung, 23 Juli 2013 –
23.45 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar