Saya memiliki kebiasaan
menyimpan uang di dalam celengan. Ibu selalu mengajarkan saya untuk selalu
menyisihkan uang jajan sedari kecil. Seiring bertumbuh dewasa saya sadari menabung
adalah suatu investasi yang menjanjikan. Karena dengan tabungan itu kita bisa
memenuhi berbagai macam kebutuhan apapun.
Ada satu cerita yang
seumur hidup baru pertama kali saya alami. Khususnya di akhir tahun 2015 ini.
Semoga bisa menjadi Tadzkirah ( pelajaran hidup ) untuk saya dan yang membaca
ini.
Sejak bulan april 2015 lalu, setiap satu bulan sekali ketika
mendapat honor private atau hasil dari gaji mengajar saya sisihkan sekitar
100-300 saya tabungkan ke dalam celengan sisanya saya pakai untuk kebutuhan
yang lain, karena Alhamdulillah selepas lulus saya sudah mengurangi jatah uang
jajan atau meminta uang kepada ayah dan ibu. Rencananya uang tersebut saya akan
simpan di Bank, setidaknya sedikit
membantu biaya semesteran S2 yang jatuh tempo pada awal januari mengingat ajuan
beasiswa dari pemprov jabar yang saya ajukan bulan lalu belum ada tanggapan. Walau
mungkin tidak seberapa dari jumlah total biaya kuliah tapi setidaknya saya
berharap bisa meringankan beban orang tua.
Tepat setelah shalat dzuhur
tadi saya bersama adik membuka celengan tersebut dengan ekspektasi selembaran
uang kertas yang saya prediksi mungkin sekitar 1,6 jutaan dan uang koin recehan 500 dan 1000. Celengan yang
saya buka sama sekali tidak ada kerusakan, masih dalam keadaan utuh tanpa
cacat, celengan tersebut pun saya simpan di tempat yang aman. Tapi subhanallah
luar biasa kagetnya ketika saya bongkar yang tersisa hanya uang koin recehan
500 dan “satu” lembar uang 50.000 beserta ada bebera daun kering. Demi Allah begitu
sangat terkejutnya saya, seumur hidup baru kali ini hilang uang di celengan
dengan jelas-jelas masih teringat dalam pikiran saya bahwa setiap bulan saya
selalu memasukan uang kertas ke dalam celengan ini walau mungkin tidak terlalu
banyak. Yang tersisanya hanya kumpulan uang koin yang saya hitung berjumlah
230.000 dan satu lembar 50.000.
Ini pengalaman yang sangat ganjal sekali susah
dipahami oleh logika. Siapa yang dengan tega mengambil tabungan hasil keringat
orang lain. Jika memang manusia kenapa celengannya masih dalam keadaan utuh?
Apa memang ada yang menukarnya dengan bentuk dan motif celengan yang sama?Kenapa
si pencuri tidak mengambil utuh satu celengan saja? jika berpikir hal gaib adakah di zaman seperti ini makhluk
astral semacam itu ? Tuyul ?
Sungguh hati ini sulit
sekali untuk berbaik sangka disaat musibah seperti ini. Tidak ada yang tahu
kapan kita akan kehilangan sesuatu. Yang bisa dilakukan hanya menduga-duga
bersama orang rumah mengapa hal ini bisa terjadi padahal perasaan memang tidak
ada yang tahu dimana saya menyimpan celengan tersebut.
Ini mungkin bisa menjadi
pelajaran kepada diri saya, sebesar apapun perasaan kita menyimpan sesuatu ada
kalanya kita lalai. Sedangkan orang lain mungkin saja tidak berniat jahat, tapi
jika ada kesempatan semua bisa terjadi. Wallahu’alam hal itu bisa terjadi, dan
siapa yang dengan tega melakukan kejahatan tersebut. Allah maha berkehendak.
Saya tidak mau berlarut
atas kehilangan ini, walau pasti selalu jadi bahan untuk dipikirkan, kisah ibu dan ayah juga pernah hilang uang (tertipu) ratusan juta tapi in syaa Allah Allah selalu memberikan pelajaran, hikmah dan tujuan disetiap musibah ikhlas dan ridho terhadap materi yang diambil dari hidup kita mungkin adalah salah satu usaha untuk melapangkan hati. Anggap
saja uang itu sedekah untuk seseorang yang membutuhkan kedepannya mungkin sedekah
harus ditingkatkan lagi dan jika memang ingin menabung dengan uang kertas
sebaiknya langsung ditransferkan saja di bank yang tidak ada ATM-nya atau membuat
tabungan berjangka agar tidak terkuras habis disatukan dengan uang jajan. Semoga
Allah selalu memudahkan saya dalam mencari rejeki yang lebih banyak yang in
Syaa Allah diganti dengan yang lebih berkah.
Sabda Nabi: Cintailah
segala sesuatu didunia dengan segenap dan sepenuh hati, niscaya suatu
saat itu pasti akan meninggalkanmu. Hadis ini berasal dari ucapan
Malaikat Jibril kepada nabi saw : Hai
Muhammad hiduplah semaumu, kelak pasti engkau mati, Cintailah siapa saja,
tetapi engkau pasti berpisah dengannya dan beramalah semaumu, pasti engkau akan
mendapatkan balasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar