“ Umat muslim di
Indonesia adalah benteng terakhir NKRI “ -Jendral TNI Gatot Nurmantyo -
Pada hari ini acap kali kubuka mata
sekira kala menjelang subuh. Aku ingat hari ini adalah tanggal 2 desember ,
waktu dimana beberapa warga negara di negeri ku akan melakukan aksi jilid 3. Indonesia sedang dilanda berbagai ancaman itu
yang ku perhatikan kala menonton pernyataan panglima TNI memaparkan beberapa potensi
ancaman yang melanda negeri kita ini, membuka mata bahwa hidup terlalu sia-sia
untuk berleha-leha. Ketika ancaman dari berbagai pihak itu datang bukan hanya
aparat saja yang bertanggung jawab membela negara namun seluruh elemen masyarakat.
Sebagai mayoritas pemeluk agama terbesar
umat muslim di Indonesia adalah benteng terakhir NKRI.
Disini aku tidak akan membahas
kembali ancaman apa saja itu, dan aku tidak akan membahas kesalahan bapak
Basuki Tjahya Purnama, namun satu yang harus kita ingat bahwa menjadi pemimpin
kerja keras, kerja cerdas saja tidak cukup namun harus ada keteladanan dalam
bersikap. Penistaan yang dilakukan pada agamaku memang menyakitkan. apapun niat
dan maksud dari perkataan beliau mengenai Almaidah : 51 aku juga tidak murni
menyalahkan karena aku tau iman kami
berbeda. Itulah sebabnya Alloh melarangku untuk memilih pemimpin bukan dari
golongan kami. Ketika diskusi banyak yang menyarankan bahwa aku terlalu
fanatik, mereka bilang Indonesia tidak akan maju bila memiliki pemikiran
seperti itu. Aku tau setiap warga negara memiliki hak untuk mengajukan diri
sebagai pemimpin daerah apalagi Indonesia menganut sistem Demokrasi, namun
pilihan tidak bisa dipaksakan apalagi mengenai akidah. Mungkin bisa saja Allah
membuat daerah tersebut menjadi makmur sejahtera oleh pemimpin non muslim yang
bersangkutan, namun sanggupkah kami menanggung pertanggung jawaban kami di
akhirat atas pilihan kami di dunia? (semoga
kamu yang membaca bisa menjawabnya) .
Berbicara tentang
toleransi :
Tidak ada yang salah tentang takdir
Allah menciptakan dunia ini dengan keberagaman golongan, baik perbedaan suku,
agama, bangsa apapun itu. Karena itu merupakan qodarullah yang tidak bisa
dihindari. Yang menjadi poin penting adalah bagaimana sikap kita menyikapi
perbedaan tersebut. Toleransi sepanjang pengetahuanku adalah saling menghargai
perbedaan, salah satunya dalam perbedaan agama. Kita hidup saling bertoleransi
dalam artian kita cukup menghargai dan membiarkan umat lain dapat beribadah
sesuai ajaran agama yang dianutnya. Tanpa harus ikut campur di dalamnya.
Ambilah salah satu contoh si A dan si B berkawan, salah satu dari mereka ingin
pergi ke toilet mereka memiliki perbedaan mengenai keiinginan untuk ke toilet.
Si A cukup mengizinkan si B pergi ke toilet tanpa harus ikut masuk ke dalamnya.
(Semoga dapat dimengerti).
Perfektif mengenai aksi
damai 212 :
Aksi bela islam jilid 3 disebut
sebagai aksi damai 212 merupakan aksi lanjutan dari aksi 112 yang menuntut
bapak ahok untuk dipenjara. Aksi yang menurut saya akan menjadi catatan sejarah
sebagai aksi dengan massa terbanyak. Beberapa golongan menilai aksi ini terlalu
berlebihan bahakn menuduh ada makar politik dan rush money. Tidak kah kita
berpikir efek domino yang akan terjadi jika kasus ini dibiarkan ? maka akan ada
banyak orang melakukan hal yang sama seperti bapak ahok ini. Hukum tidak bisa
menjerat mereka karena sudah ada kasus yang sama namun tidak terjerat. saya
selalu berharap bahwa aksi ini bisa menjadikan banyak hikmah, bahwa di tengah
perbedaan kebhinekaan Indonesia jangan ada lagi penistaan pelecehan terhadap
agama manapun. Ini persoalan oknum umat beragama yang harus diadili hanya
saja sangat disayangkan masalah itu muncul dari tokoh besar sehingga menjadi
masalah besar. Namun sering kali kasus semacam ini malah menjadi peluang
perpecahan, terlebih di media sosial menjadi ajang saling mneyerang kelompok
tertentu, berbagai macam berita hoax menyebar. Bagaimana kita bisa menciptakan
suatu kehidupan yang damai, jika diantara kita masih sering menyebarkan berita
yang menimbulkan kebencian . Ah kawan tidak usahlah menghabiskan untuk debat
kusir tentang perbedaan, cukup saling menghargai apa yang diyakini.
Ungkapan untuk aksi 212
:
Masyaa Allah
Tidak ada kekuatan manusia yang dapat
mengumpulkan manusia sebanyak ini selain Alloh SWT. Semoga setiap niat lurus untuk pembelaan akidah dan perbaikan negeri Allah catat setiap langkahnya menjadi pahala yang memberatkan timbangan amal kebaikan. Terharu dan berbanggalah
menjadi mukmin: semoga kebaikan, keadilan, keberkahan selalu menyertai negeri
Indonesia ini. Berdampingan bertoleransi dengan berbagai perbedaan agama dan
kemajemukan suku/budaya. Itulah kebhinekaan.
Kabar dari media GNPF-MUI
teman-teman dari non muslim pun ikut
aksi dalam aksi 212 ini. Membuktikan bahwa dalam aksi ini mereka hanya menuntu
keadilan dan memberikan pelajaran bahwa
jangan ada lagi pelecehan dan penistaan terhadap agama manapun. Agar kita tetap
damai dan bersaudara.
Catatan sejarah , 02
Desember 2016
Devi Pratiwi Sudrajat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar