Dalam diri manusia Tuhan YME ciptakan
potensi yang beragam. Dulu ketika saya sekolah terkadang sedih jika mendapat nilai Bahasa Inggris saya yang lebih sering remedial
dibanding nilai eksak. Atau daya minat saya jauh lebih suka mata pelajaran
kimia daripada fisika. Pernah suatu ketika saya menangis di tempat bimbel
karena takut menghadapi UN Fisika SMA. Tapi apa yang terjadi ternyata nilai
Fisika saya memuaskan justru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sedikit
pas-pasan. Sering saya mendapati murid saya berbohong pada orang tuanya, Ia
terkadang memalsukan tanda tangan ketika nilai ulangan di sekolahnya jelek.
Kebetulan saat ini saya masih mengajar di bimbingan belajar tidak sedikit
orangtua yang menuntut saya untuk membuat nilai kimia anaknya tinggi di
sekolahnya, padahal saya tau bagaimana potensi dan minat anak tersebut saya
hanya berusaha membantu dia dalam belajar bagaimana membuat anak tersebut
terasa mudah dalam memahami pelajaran, atau setidaknya membuat anak itu sedikit
tertarik kepada mata pelajaran yang lebih banyak abstraknya ini. Seberapa
sering saya memberikan jam tambahan malah membuat anak menjadi jenuh itu
artinya selebihnya kembali kepada potensi anak tersebut sebagai
guru/pendidik kami pun tidak bisa memaksakan.
Disadari atau tidak potensi anak ada
batasnya. Jika kita bicara soal teori psikologi pendidikan, Vgotsky menjelaskan bahwa setiap anak memiliki Zona of
Proximal Development (ZPD) yaitu tingkat perkembangan aktual (mandiri) dan
tingkat perkembangan potensial bimbingan. Vygotsky menekankan bagaimana
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana
anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah
terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Intinya dalam perkembangan diri
anak dapat dibantu dengan dua hal secara intern ( kemandirian dan ketertarikan
anak itu belajar ) dan ekstern ( bantuan sekolah, bimbel, privat ).
Keduanya harus saling bersinergi jika ingin mencapai hasil yang optimum .
![]() |
Sumber Gambar : su-soku.com |
Namun sekali lagi potensi yang
dimiliki anak berbagai macam. Potensi sendiri ditentukan oleh dua hal yaitu
minat dan bakat, perbedaannya adalah minat merupakan suatu ketertarikan
sehingga anak berusaha untuk mampu mencapai sesuatu. Sedangkan bakat merupakan
anugrah yang Tuhan berikan sedari lahir. Itulah pentingnya orang tua dan
pendidik mengetahui potensi minat dan bakat yang dimiliki anak.
Ada yang pintar matematika namun
lemah di bahasa, ada yang daya hitungnya lemah namun kuat di hapalan. Anaknya
ingin masuk jurusan IPS tapi orangtua memaksakan jurusan IPA ditengah
perjalanan anak menjadi malas-malasan belajar.
Oleh karena itu sebaikanya kita tidak
terlalu memaksakan atau berfokus pada keterbatasan. Jadikan keterbatasan itu
suatu peluang untuk nantinya kita dampingi agar tidak menjadi kelemahan yang
menghambat, namun alangkah lebih baik lagi kita berfokus pada kelebihan untuk
nantinya dapat dikembangkan dalam setiap diri potensi anak tersebut.
#SemogaPendidikanIndonesiaJauhLebihBaik
:)
12-Mei-2016
Oleh : Devi Pratiwi S,Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar