Entahlah mengapa Tuhan menciptakan makhluk melankolis?
katanya ciri-ciri dari sifat melankolis itu pemikir, sensitif, teratur, suka
menulis dan romantis ( sifat yang terakhir boleh lah diabaikan) karena sangat
merasa diri jauh dari itu. Selain itu saya juga sedikit agak plegmatis. Apa
bedanya? disini saya tidak akan mendefinisikan sifat-sifat tersebut karena
bukan psikolog dan ahlinya, untuk itu kalau penasaran boleh sedikit buka mbah
google atau KBBI.
Mungkin saja Tuhan menciptakan saya dari banyak
makhluk yang seperti itu Plegmatis & Melankolis. Disaat segala aktivitas
yang membuat jenuh selalu dan selalu saya ingin menulis segala yang terjadi
dipersinggahan dunia yang fana ini.Saya tidak pernah tahu untuk siapa
tulisan-tulisan ini sosok abstrak yang selalu menjadi bait diantara deretan
do'a.
Menulis menyukai sastra adalah keproduktifan yang
dapat saya lakukan penetralisir segala pemikiran yang selalu saya geluti
setiap hari dalam akademik, dalam karir "SAINS (KIMIA)" yang
dinetralisir dalam "SASTRA". Ya dengannya saya hidup dengannya diri
merasa lebih bermakna dengannya diri merasa bahagia.
Beberapa minggu ini aktivitas cukup padat
mengajar persiapan UN SMA,UAS, SBMPTN juga tugas perkuliahan yang tidak mereda
menjelang UAS semester genap. Selain tuntutan untuk menulis karya ilmiah
dalam bentuk proposal untuk Tesis, saya malah sering melahirkan tulisan-tulisan puisi, cerpen,
prosa, atau sekedar pengalaman hidup amatiran yang entahlah semoga keduanya bisa bersinergi untuk kemajuan, perbaikan dan tidak
melalaikan.
Sedari kecil saya memiliki
kebiasaan menulis diary yang kadang orang bilang itu hanya membuang waktu tapi
sungguh itu sangat menyenangkan.
Menulis saya anggap sebagai kebutuhan, karena dengan menulis saya bisa berbagi apa yang tidak dapat saya beri, tidak dapat saya ungkapkan, semoga setiap postingan dapat dijadikan hikmah, nilai atau sedikit inspirasi. Pun saya memiliki batasan tentang apa saja yang harus atau tidak saya ceritakan atau saya imajinasikan.
Menulis saya anggap sebagai kebutuhan, karena dengan menulis saya bisa berbagi apa yang tidak dapat saya beri, tidak dapat saya ungkapkan, semoga setiap postingan dapat dijadikan hikmah, nilai atau sedikit inspirasi. Pun saya memiliki batasan tentang apa saja yang harus atau tidak saya ceritakan atau saya imajinasikan.
Inspirasi bisa datang dari siapa saja,
kapan saja. Tidak harus dari seorang sosok, tidak harus dari pengalaman sendiri.
Tapi pengalaman, perasaan hidup akan menentukan bagaimana rasa dan filosofi
dari setiap bait yang tertulis.
Tidak banyak orang yang dapat menciptakan
bait-bait indah dalam tulisannya, jika pun berhasil maka beruntunglah sesuatu/seseorang
yang menjadi inspirasi bagi penulis.
Ada beberapa yang beranggapan bahwa manusia pencinta
sastra, sosok yang sering menulis puisi adalah "orang-orang yang mellow,
galau, lebay dan baperan?" saya sama sekali tidak peduli tanggapan
itu. Setiap manusia memiliki hak untuk berekspresi. Tidak peduli
bagus atau jelek, suka atau tidak suka, akan ada yang mau membaca atau tidak. Melalui tulisan, lukisan, musik,
olahraga dan apapun yang membuat dia merasa hidup ini lebih bermakna. Karena
Allah SWT telah memberikan akal pikiran, potensi, minat dalam diri setiap
manusia dengan segala perbedaanya.
Zaman sekarang memang mungkin sedang ngeHitz
orang bilang baper,kepo,galau,labil dan kawan-kawannya seperti yang pernah mbah
sujiwo tedjo katakan :
" Lama-lama orang males romantis, karena entar
dibilang GALAU
males peduli karena takut dibilang KEPO
males mendetail karena takut dibilang REMPONG
males mengubah-ubah point of view dalam debat karena
takut dibilang LABIL
lama-lama generasi mendatang males berpendapat karena
takut dikira CURHAT" - Sudjewo Tejo
Tapi bagaimanapun in syaa Allah saya akan
tetap menulis, do'akan juga ya supaya proposal tesis nanti diterima dilancarkan
untuk menulis sebuah buku ajar bagi peserta didik SMA terutama dalam
pembelajaran Kimia di Sekolah, selepas S1 dulu skripsi saya menganalisis
tentang buku ajar . aamiin ^_^ #MelencengDikitMintaDoa
“Menulislah walau kertas tak lagi
bersama pena, tapi tintanya mampu merekam saat dimana kau ingin kembali
memutarnya, menulislah walau kata tak lagi bermakna setidaknya ketika suatu
saat kau tidak bisa menemukanku lagi, kau masih bisa membaca deretan tulisan
sederhana ini karena menulis dan membaca mereka adalah kawan
sejati saat berperang melawan sepi”
- Devi Pratiwi Sudrajat, si Melankolis dan Plegmatis"
- Devi Pratiwi Sudrajat, si Melankolis dan Plegmatis"
![]() |
Lokasi Gambar : Dimeja belajar saat bingung bedakan mana buku mana kasur -_-" |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar