" Tanah ku yang ku cintai engkau ku hargai" - Ibu Sud dalam Tanah Airku
Tanahku Indonesia, negeri yang kaya dan subur dalam benaku.
Bagaimana tidak daratannya luas membentang, lautannya lapang menantang. Hingga
terkadang ku urungkan niat untuk pergi mengelilinginya hingga pelosok sana,
saking luasnya tanah airku.
Kata orang negeri ini
salah satu negeri terbesar di dunia dengan penduduk yang cukup padat, kata
sejarah negeri ini di berdiri atas hasil keringat rakyat yang berjuang dan para
serdadu dengan rela menumpahkan darahnya untuk kemerdekaan bangsa. Tapi, aku
termenung ketika mendengar amanat Bapak Soekarno bahwa perjuangan akan terasa
berat jika kita bukan melawan penjajah asing, tapi melawan bangsa sendiri. Dan
ini terjadi.
Ketika menulis ini mungkin
usiaku belum cukup matang aku seorang perempuan yang baru berusia kepala dua,
tak layak jika harus berkomentar banyak karena pengalaman hidup di tanah ini
pun masihlah minim. Tapi tak ada salahnya bukan aku menyampaikan sedikit perasaanku
pada bangsa ini ?
Ditengah sejuta
kebanggaanku pada tanah ini, ada rasa prihatin yang begitu mendalam. Entah harus
dimulai dari mana untuk mengubah rasa prihatin itu? kita yang terlanjur
terbiasa atas dasar kemakluman hidup sebagaimana memaklumi langit yang kadang cerah dan terkadang
mendung, adakalanya saat kita jaya atau kadang terhina. Semuanya terasa lumrah
karena berbagai generasi terlalu terbuai dengan kenikmatan dunia yang fana, segala
fasilitas terpenuhi.
Tapi kita harus memulai
darimana, ketika kebohongan disampaikan secara berulang dan kita masih saja
percaya? ketika sekelompok guru yang mengabdi sepenuh hati untuk mendidik para
generasi muda dibayar dengan recehan? ketika para murid terbebani dengan
bergonta-gantinya sistem pendidikan yang ada, fasilitas tidak merata sementara
anggaran luar biasa besarnya.
Rakyat kecil sepertikupun sebenarnya tak mau
menyalahkan para penguasa, hanya saja apa yang sedang dilakukan mereka? mereka
yang berdiri di atas ratapan rakyat, terlanjur nyaman dan lupa hingga khilaf
apa saja yang harus mereka bela dan perjuangkan? kemajuan ekonomi yang
dibangga-banggakan hanya hitungan jari dirasakan oleh sekelompok golongan. Faktanya,
sekolompok rakyat masih saja kelaparan dengan penghasilan pas-pasan, sekelompok
anak sulit mencari lahan permainan meratapi mall
dan apartemen yang dibangun semena-mena. Air bersih pun harus ditukar dengan
senilai rupiah sambil menikmati banjir kiriman layaknya kolam renang. Asap yang
tak kunjung reda oleh oknum yang tidak bertanggung jawab jangankan mencari ilmu
dan sesuap nasi bagi sekelompok orang bernafas dengan udara bersih saja sudah
wujud tasa syukur terbesar.
Keberadaan produk asing
sudah melekat dengan dengan kehidupan masyarakat. Salah satunya aku pun menjadi
korban. Aku meminum dua botol air mineral setiap hari yang 74% sahamnya milik
asing, peralatan keseharianku, motor, hingga berkomunikasi semua sahamnya milik
bangsa asing. Dan yang paling mengkhawatirkan masyarakat kita lebih menghargai
produk asing karena produk lokal dinilai kurang berkualitas. Dan aku kian sadar
bahwa kini kita sedang dijajah tanpa disadari.
Untuk siapa niat baik yang
sulit terealisasi di dalam setiap pidato kenegaraan itu? untuk siapa kebijakan
ini itu disusun? apakah negeri ini hanya milik para pemodal asing? apakah tanah
kelahiranku ini milik para penjilat asing yang kemudian tanpa disadari merampok
berbagai kekayaan alam yang ada? apa tanah airku ini milik para oknum perusak
lingkungan ?.
Konon koruptor yang
ditangkap komisi itu dulunya juga mahasiswa bahkan tak sedikit mantan aktivis
yang meneriakan kebenaran dalam ajang demonstrasi. Lantas apa gunanya
pendidikan tinggi yang mereka punya? Entah benar mereka bersalah atau entah
karena konspirasi suatu fitnah yang sangat keji. Biar Tuhan saja yang terlibat
di pengadilan akhirat nanti.
Sungguh aku merasa bingung
harus kutujukan kepada siapa semua pertanyaan itu. Sungguh aku terlalu resah
harus mulai darimana memperbaikinya selain dari diri sendiri dan saat ini. Tapi
bersyukurlah atas keresehanku ini, sebab katanya keresahan adalah bibit
perubahan. Ia akan tumbuh disiram dengan optimisme dan dipupuk dengan
pengorbanan. Karena pada akhirnya hidup adalah pilihan berjalan atas kebenaran
atau pembenaran.
Siapapun kamu yang membaca
tulisan ini, apapun profesimu lakukanlah yang terbaik untuk bangsa dan agamamu.
Agar saat kelak hidupmu kembali pada Rabb-mu kita akan berbangga bahwa kita
selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk tanah kelahiran kita INDONESIA.
Bila kamu merasa sekililingmu gelap dan tak tentu arah. Tidakkah kamu curiga
bahwa Tuhan mungkin saja menitipkan cahaya kebangkitan bangsa itu melalui tindakanmu
atas dasar nurani yang kamu miliki?.
Bandung, 10 – Oktober -
2015
Oleh : Devi Pratiwi Sudrajat, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar