“Allah ingin kita selalu belajar, belajar mencintai yang sewaktu-waktu pergi, menyayangi yang sewaktu-waktu hilang atau merindui yang sewaktu-waktu mati. Disana kita banyak belajar menyikapi kesendirian bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi” – Devi Pratiwi –
Pada hakikatnya kita bertemu untuk berpisah.
Keterpisahan kata Rumi hanya tipu daya waktu. Karena setiap awal memiliki akhir, setiap pertemuan diringi perpisahan, setiap jiwa yang hidup pasti akan mati.
Sungguh rumit jika kita memikirkan dan mempertanyakan recana Allah atas pertemuan kita. Bila pertemuan ini mengandung rahasia. Rahasia apa yang hendak Allah rencanakan ?
Sungguh rumit jika kita memikirkan dan mempertanyakan recana Allah atas pertemuan kita. Bila pertemuan ini mengandung rahasia. Rahasia apa yang hendak Allah rencanakan ?
Allah memberikan kita banyak ujian, menyampaikan
pesan dan hikmah agar kita bisa selalu belajar. Ujian itu mungkin berupa sebuah pertemuan dan perpisahan. Ujian itu mungkin berupa rasa kecintaan kita
terhadap makhluk, terhadap dunia, terlalu ingin memiliki namun lupa yang ingin
kita miliki sebenarnya suatu saat tanpa terduga dapat diambil dengan begitu
mudahnya oleh sang Maha Memiliki.
Selalu banyak cara Allah untuk mempertemukan dan memisahkan kita entah takdir antara seorang
anak dan orang tua, suami dan istri, persahabatan, rekan kerja atau sepasang
kekasih. Hanya tinggal persoal waktu seberapa lama kita memiliki jatah untuk
bersama.
Pertemuan itu diiringi kebahagiaan dan kepergiaan
itu diiringi keikhlasan
Engkau
pernah melihat isak tangis haru orangtua ketika pertama kali berjumpa dengan buah
hatinya. Harapan tumbuh subur terhadap sang anak agar kelak menjadi insan yang
paripurna. Atau engkau pernah melihat dua sejoli yang sedang jatuh cinta? pertemuan
adalah hal yang paling membahagiakan dengan harapan “kelanggengan” selalu
menyertai mereka. Indah karena pada hakikatnya sebuah pertemuan selalu diiringi
dengan kebahagiaan.
Hal itu tentu bertolak belakang dengan sebuah
perpisahan. Isak tangis sang anak ketika
di batu nisan orangtuanya berharap sepenuh hati agar do’anya Allah dengar untuk
kebaikan kedua orangtuanya. Pun dengan sejoli yang terlalu berharap banyak, perpisahan menjadi momentum saling membenci, memutuskan ikatan silahturahmi tapi ada
juga yang menerimanya dengan penuh kesabaran serta penerimaan. Walau getir, itulah
yang disebut dengan kedewasaan. Karena pada hakikatnya perpisahan selalu
diiringi kesedihan salah satu penawarnya dengan keikhlasan yang membutuhkan
proses.
Ketika engkau memutuskan untuk berpisah
Pernahkan engkau merasa dalam persimpangan jalan? mungkin terlalu bingung mana yang jalan yang
harus kita lalui mempertahankan meski engkau tau begitu rumit atau melepaskan
meski terasa masih indah. Beban ini tidak hanya pernah terjadi padamu, tapi padaku
juga.
Tapi baru kali ini aku merasakan kelegaan tentang
arti sebuah perpisahan. Meski sulit, meski sakit hal itu sedikit melegakan. Karena
aku tau perpisahan ini untuk kebaikan, berpisah dengan kesadaran dan kedewasaan.
Jalan untuk merelakan sesuatu yang amat dicintai adalah jalan kerelaan untuk
untuk yang dicinta. Bukan untuk menyerah tapi kumaknai sebagai kesiapan untu
menerima apapun yang kelak akan digariskan Allah.
Disaat pertemuan dulu banyak harapan yang kita
gantungkan, namun lagi-lagi hidup tak sepenuhnya berjalan sesuai rel rencana
manusia. Disepanjang jalan itu ekspektasi tidak selalu berbanding dengan
realita. Ada hal-hal yang mungkin harus diprioritaskan dan dikorbankan. Seandainya, disini
aku bertindak sebagai korban dan bukan prioritas tidak dipungkiri aku merasa
sangat kecewa karena mungkin harapan yang pernah aku tanam harus terkubur demi
kebaikan bersama, katanya. Namun lagi-lagi aku harus merelakan sesuatu yang benar-benar
belum menjadi milikiku. Aku harus sadar diri, bahwa perpisahan adalah jalan
terbaik untuk saat ini. Entah kedepannya Allah mempersiapkan rencana apa lagi. Kesabaran
adalah hal yang terbaik untuk dipertahankan. Tidak perlu memaksakan waktu untuk
bersama jika memang belum sampai. Aku
hanya tak ingin menjadi beban untuk hidup seseorang saat ini. Pertemuan itu telah banyak membuat aku
belajar tentang cinta, persahabatan, persaudaraan juga perjuangan.
Bab yang paling sulit adalah ilmu ikhlas
Tidak mudah untuk melepas seseorang yang mungkin kita
kasihi, sudah lama juga kita menaruh hati atau menyimpan banyak harapan,
kenangan dalam perjalanan hidup. Kita merasa gejolak jiwa selalu menuntut untuk
bisa selalu bersama. Baik itu untuk keluarga, sahabat, atau orang-orang yang
kita cintai. Tetapi aku kian sadar bahwa
ketaatan butuh pengorbanan. Bukankah Allah pernah berjanji bahwa apabila kita
meninggalkan sesuatu karena Allah maka Ia akan menggantinya dengan yang lebih
baik. Pun harapanku begitu, melepaskan merelakan kepergian seseorang karenaNya
semoga menjadi tidak sia-sia, tidak ada penyesalan. Kita bertemu secara
baik-baik pun ketika kita berpisah aku ingin kita selalu dalam keadaan baik. Tapi sebaik dan semanis apapun perpisahan tetap saja ia memisahkan, bukan?. Bagaimanapun alur hidup ini setidaknya pernah berusaha setulus hati, Karena Allah tidak ingin kita menyerah tapi ingin kita berserah. Semoga
setiap kejadian menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.aamiin
“Innalillahi
wa innailaihi roji’un : sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali".
Semoga selalu ada ampunan pada, harapan disetiap pertemuan dan kesedihan disetiap perpisahan.
Devi Pratiwi S
12/09/15
Semoga selalu ada ampunan pada, harapan disetiap pertemuan dan kesedihan disetiap perpisahan.
Devi Pratiwi S
12/09/15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar