Aku masih menjadi perempuan itu,
bahkan saat hari tanda kita mulai menua
Ditengah dua peralihan musim hujan dan
kemarau
Ketika angin tetap tak berkabar, pesan
tak lagi hilir mudik di saban malam
Ia terlalu malu, segan , disertai
kesabaran yang menikam kuat
dalam kepasrahan kita pada takdirnya,
dalam hening saling menjaga diri
Ketidakpastian ini terkadang mengerikan
namun telah mengajari
keindahan tentang makna spasi diantara
kita
Aku hanya bisa memeluk tabah, dan
terkadang mulai lelah
Jika aku tidak lagi menjadi perempuan
itu
Bukan aku putus harapan, bukan pula hati
yang berubah
Hanya jiwa dan perasaan yang telah ku
tangguhkan kepada yang Maha Segalanya
Ku titipkan agar Ia mau menyampaikan
Bahwa pernah ada perempuan yang selalu
menunggumu pulang
Disaat dalam perantauan, pun saat kamu
mulai melupakannya
Seperti yang ku katakan Tuhan itu maha
baik telah mengirimkanmu untuk selalu ku rindui
Dalam bait sajak yang tak elok juga
dalam rindu yang terpatri dalam do’a
Percayalah, semua ini akan selalu
menjadi cerita diantara bulan kedua dan keempat
22- Maret- 2016
Devi Pratiwi Sudrajat