“Setidaknya
ini akan menjadi saksi bahwa aku pernah hidup di jaman reformasi dalam bingkai demokrasi,
mengambil hikmah dari setiap tragedi di Negeri tercintaku INDONESIA ”
Jika akhir-akhir
ini ibu-ibu bahkan bapak-bapak sedang ramai dengan sinetron yang diangkat dari
novel Bunda Asma Nadia yang berjudul “Catatan Hati Seorang Istri” maka
disini kutuliskan sebuah postingan blog ”Catatan Hati Seorang Rakyat”,
serangkaian tragedi yang terjadi di tanah pertiwiku INDONESIA. Walau aku tidak
menekuni bidang ilmu sosial dan politik atau pun pemerintahan menanggapi
berbagai isu dan fenomena di tanah air bukanlah suatu dosa bukan? sebagai warga negara kita
memiliki hak untuk bersuara TENTUNYA dengan batas norma dan aturan yang
SEWAJARNYA walau terkadang orang-orang menanggapinya secara berlebihan mungkin
kusebut negeriku ini adalah “Negeri Para Komentator”. Kemarin sempat ingin ku
kirimkan sebuah kolom opini ilmiah ke rubrik media cetak lokal terkait pemilu
2014 ini. Tapi mengingat pada saat itu tulisan ilmiah (re:skripsi) belum
kunjung selesai dan opiniku pun belum tentu ada yang berkenan memuat. Lebih
baik kualihkan saja energiku untuk hal yang lebih bermanfaat.
Berawal dari pemilihan umum Legislatif
Tepat pada
tanggal 9 April 2014 kemarin bangsa Indonesia merayakan yang namaya pesta
demokrasi, katanya. Setiap warga negara yang telah memiliki hak pilih tentu
berkewajiban untuk memilih calon wakil rakyatnya menuju pemerintahan. Ini bukan
pertama kali dalam hidup mengingat tahun 2009 pun aku sudah memiliki hak pilih.
Tapi tahun 2014 ini adalah pemilu yang luar biasa bagiku. Apanya yang luar
biasa? iya luar biasa capenya sepanjang masa kampanye baca media massa
dengan segala pemberitaannya. Ya ku tahu selama ini media itu pembawa berita
untuk mencerdaskan rakyat dengan sikap netral tentunya. Tapi tidak yang kulihat
di tahun ini. Setiap kubu saling menjatuhkan berlomba-lomba membuat issu dan
fitnah yang mereka bingkai dalam berita. Yang lebih membuat miris situs islami yang selama ini menjadi wasilah syiar dakwah islam pun juga ikut tercemari.
Setiap orang
mulai menunjukan karakternya menanggapi berbagai hal, yang lebih menyedihkan
adalah para tokoh masyarakat, pejabat, beberapa figur , ustadz, kiayi,
pendeta larut dalam pesta demokrasi ini. Temanku bilang di negeri
ini akibat terlibat politik praktis para sosok para ulama itu telah menjadi bayaran partai, mereka berdagang
ayat di mana-mana, Ustad adalah Usaha Tarik Duit, kitab suci hanya sekedar
bacaan dan agama hanya sebuah nama. Naudzubillah.
Harta, tahta, wanita tiga godaan duniawi yang menjadikan manusia akan
sangat berbeda. Jabatan yang tidak akan dibawa mati telah membuat buta. Aku
tidak tahu apa yang akan terjadi padaku pada mereka yang aku cintai tapi selalu
aku panjatkan do’a tolong kuatkan kami dalam keistoqomahan dan kejujuran agar
apa yang kami lakukan bisa menjadi berkah di dunia ini. Ingatkan kami dalam
kebaikan karena tak jarang manusia berubah sedemikian rupa hanya karena
sebuah jabatan.
![]() |
Calon Presiden - Wakil Presiden 2014 |