Awal tahun biasanya digunakan banyak orang untuk membuat resolusi dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik khususnya untuk Negeriku Indonesia yang pada tahun 2014 ini akan menyelenggarakan pesta demokrasi besar-besaran, tentu dengan harapan bahwa para pemimpin dan wakil rakyat yang baru bisa menjalankan amanahnya dengan baik sehingga dapat terus memperbaiki dan memajukan NKRI ini.
Tapi pada kenyataannya awal tahun 2014 ini hampir setiap media jika memberitakan tentang kebobrokan para pejabat negeri, tidak kalah memprihatinkan juga tentang pemberitaan bencana di Indonesia yang tak kunjung henti dari mulai banjir Jakarta, Jabar, Jatim, banjir bandang Manado,meletus Sinabung, bencana longsor. Terutama perihal banjir yang memang mungkin sudah dianggap tradisi setiap tahunnya, kebanyakan masyarakat yang terlihat hanya bisa menyalahkan Pemerintah Daerah pada sebenarnya ini meruapakan tanggun jawab bersama. Tentu sebagai warga Indonesia hendaknya kita bersikap empati jika tidak bisa membantu untuk para korban, setidaknya bisa memberi bantuan berupa materi, do'a atau apapun yang dapat meringankan dan tidak kalah penting walau bencana alam itu kehendak Tuhan tapi ada hal-hal penting yang dapat dilakukan untuk mencegah/menanggulangi bencana ini. Bukankah Allah pernah berfirman kerusakan
yang terjadi di muka bumi oleh karena ulah tangan manusia
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS.
As-Syuura [42]: 30)
Untuk itu marilah kita coba lakukan hal terkecil untuk dapat memperbaiki lingkungan ini, berikut adalah pemaparan tentang Biopori untuk mencegah banjir. Ini juga merupakan program dari Pemkot Bandung loh yang dipelopori oleh wali kota Bandung yang luar biasa : Bapak Ridwan Kamil. Beliau mengadakan program relawan sejuta bipori sehingga diharapkan tiap RW mampu membuat banyak biopori utnuk resapan air.
1. Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
yang semakin besar menyebabkan aktifitas penduduk dan perkembangan kota menjadi
semakin pesat. Hal ini berdampak pada semakin banyaknya jumlah gedung dan
permukiman-permukiman baru yang didirikan, sehingga berakibat pada semakin
berkurangnya area infiltrasi air hujan. Sebagian besar air hujan yang turun ke
bumi tidak dapat meresap secara langsung ke dalam tanah dan akhirnya menjadi
limpasan (run off) atau yang sering disebut dengan air permukaan.
Limpasan air hujan yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai
masalah bagi masyarakat, terutama adalah banjir. Pada musim penghujan sering
sekali terjadi permasalahan banjir di sebagian wilayah kota-kota besar di Indonesia,
termasuk kota Bandung. Lokasi yang rawan genangan banjir di Kota Bandung adalah
di daerah Gedebage. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
banjir terutama untuk daerah pemukiman padat atau yang mempunyai lahan resapan
air hujan yang minim dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Biopori.
Teknologi biopori ini akan dapat mengurangi limpasan air hujan dengan
meresapkan lebih banyak volume air hujan ke dalam tanah sehingga dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir.
Bukan hanya mengatasi banjir saja, lubang resapan biopori pun
mampu menyimpan air saat musim hujan dan kita dapat memanen air saat musim
kemarau juga dapat memanen pupuk kompos setiap 6 bulan sekali.
2. Tujuan
•
Meningkatkan muka air
tanah
•
Mengurangi resiko
banjir
•
Menyuburkan tanah
•
Mengurangi tumpukan
sampah organik dan merubahnya menjadi pupuk kompos
3. Landasan teori
Lubang
resapan biopori (LRB) adalah sebuah lubang yang berisi sampah organik, seperti
daun-daunan, sisa makanan, sisa buah-buahan. Sisa makanan di dalam lubang ini,
akan mengalami pembusukan dalam waktu sekitar 2-3 bulan akan menjadi kompos.
Adanya
proses pembusukan di dalam lubang, akan memancing binatang tanah, seperti
cacing. semut dan serangga lainnya. Keberadaan binatang-binatang ini membuat
lubang-lubang kecil, yang biasa disebut lubang biopori. Lubang biopori ini
sangat efektif dalam menyerap air. Oleh karena itu lubang ini dinamakan lubang
resapan biopori.
Pembuatan
lubang resapan biopori ini sangat sederhana, yaitu sebuah lubang dengan
diameter 10 cm dan kedalaman 10 meter. Bagian bibir lubang diberi penguat, agar
tanah tidak mudah longsor, lalu bagian atas lubang diberi tutup berlubang
(gril/filter). Pemberian tutup berlubang / filter ini bertujuan untuk mencegah
orang terperosok ke dalam lubang. Tutup lubang ini harus berlubang, agar air
hujan mudah masuk ke dalam lubang.
Lubang
resapan biopori (LRB) ini sebaiknya dibuat di tanah yang dialiri air hujan,
seperti di dasar saluran / selokan air atau di sekitar tanaman. Lubang resapan
biopori ini dibuat dengan jarak 1 meter antar lubang. Menurut hitungan bahwa
setiap luas 45m2, dibutuhkan 2 buah lubang resapa biopori dan
masing-masing lubang mampu menyerap 180 liter per jam.