LET's

Jumat, 02 Desember 2016

Catatan Sejarah : Aksi Damai 212

Umat muslim di Indonesia adalah benteng terakhir NKRI “ -Jendral TNI Gatot Nurmantyo -


Pada hari ini acap kali kubuka mata sekira kala menjelang subuh. Aku ingat hari ini adalah tanggal 2 desember , waktu dimana beberapa warga negara di negeri ku akan melakukan aksi jilid 3.  Indonesia sedang dilanda berbagai ancaman itu yang ku perhatikan kala menonton pernyataan panglima TNI memaparkan beberapa potensi ancaman yang melanda negeri kita ini, membuka mata bahwa hidup terlalu sia-sia untuk berleha-leha. Ketika ancaman dari berbagai pihak itu datang bukan hanya aparat saja yang bertanggung jawab membela negara namun seluruh elemen masyarakat. Sebagai mayoritas pemeluk agama terbesar  umat muslim di Indonesia adalah benteng terakhir NKRI.
Disini aku tidak akan membahas kembali ancaman apa saja itu, dan aku tidak akan membahas kesalahan bapak Basuki Tjahya Purnama, namun satu yang harus kita ingat bahwa menjadi pemimpin kerja keras, kerja cerdas saja tidak cukup namun harus ada keteladanan dalam bersikap. Penistaan yang dilakukan pada agamaku memang menyakitkan. apapun niat dan maksud dari perkataan beliau mengenai Almaidah : 51 aku juga tidak murni menyalahkan  karena aku tau iman kami berbeda. Itulah sebabnya Alloh melarangku untuk memilih pemimpin bukan dari golongan kami. Ketika diskusi banyak yang menyarankan bahwa aku terlalu fanatik, mereka bilang Indonesia tidak akan maju bila memiliki pemikiran seperti itu. Aku tau setiap warga negara memiliki hak untuk mengajukan diri sebagai pemimpin daerah apalagi Indonesia menganut sistem Demokrasi, namun pilihan tidak bisa dipaksakan apalagi mengenai akidah. Mungkin bisa saja Allah membuat daerah tersebut menjadi makmur sejahtera oleh pemimpin non muslim yang bersangkutan, namun sanggupkah kami menanggung pertanggung jawaban kami di akhirat atas pilihan kami di dunia?  (semoga kamu yang membaca bisa menjawabnya) .
Berbicara tentang toleransi :
Tidak ada yang salah tentang takdir Allah menciptakan dunia ini dengan keberagaman golongan, baik perbedaan suku, agama, bangsa apapun itu. Karena itu merupakan qodarullah yang tidak bisa dihindari. Yang menjadi poin penting adalah bagaimana sikap kita menyikapi perbedaan tersebut. Toleransi sepanjang pengetahuanku adalah saling menghargai perbedaan, salah satunya dalam perbedaan agama. Kita hidup saling bertoleransi dalam artian kita cukup menghargai dan membiarkan umat lain dapat beribadah sesuai ajaran agama yang dianutnya. Tanpa harus ikut campur di dalamnya. Ambilah salah satu contoh si A dan si B berkawan, salah satu dari mereka ingin pergi ke toilet mereka memiliki perbedaan mengenai keiinginan untuk ke toilet. Si A cukup mengizinkan si B pergi ke toilet tanpa harus ikut masuk ke dalamnya. (Semoga dapat dimengerti).
Perfektif mengenai aksi damai 212 :
Aksi bela islam jilid 3 disebut sebagai aksi damai 212 merupakan aksi lanjutan dari aksi 112 yang menuntut bapak ahok untuk dipenjara. Aksi yang menurut saya akan menjadi catatan sejarah sebagai aksi dengan massa terbanyak. Beberapa golongan menilai aksi ini terlalu berlebihan bahakn menuduh ada makar politik dan rush money. Tidak kah kita berpikir efek domino yang akan terjadi jika kasus ini dibiarkan ? maka akan ada banyak orang melakukan hal yang sama seperti bapak ahok ini. Hukum tidak bisa menjerat mereka karena sudah ada kasus yang sama namun tidak terjerat. saya selalu berharap bahwa aksi ini bisa menjadikan banyak hikmah, bahwa di tengah perbedaan kebhinekaan Indonesia jangan ada lagi penistaan pelecehan terhadap agama manapun.  Ini persoalan oknum umat beragama yang harus diadili hanya saja sangat disayangkan masalah itu muncul dari tokoh besar sehingga menjadi masalah besar. Namun sering kali kasus semacam ini malah menjadi peluang perpecahan, terlebih di media sosial menjadi ajang saling mneyerang kelompok tertentu, berbagai macam berita hoax menyebar. Bagaimana kita bisa menciptakan suatu kehidupan yang damai, jika diantara kita masih sering menyebarkan berita yang menimbulkan kebencian . Ah kawan tidak usahlah menghabiskan untuk debat kusir tentang perbedaan, cukup saling menghargai apa yang diyakini.
Ungkapan untuk aksi 212 :
Masyaa Allah
Tidak ada kekuatan manusia yang dapat mengumpulkan manusia sebanyak ini selain Alloh SWT. Semoga setiap niat lurus untuk pembelaan akidah dan perbaikan negeri Allah catat setiap langkahnya menjadi pahala yang memberatkan timbangan amal kebaikan. Terharu dan berbanggalah menjadi mukmin: semoga kebaikan, keadilan, keberkahan selalu menyertai negeri Indonesia ini. Berdampingan bertoleransi dengan berbagai perbedaan agama dan kemajemukan suku/budaya. Itulah kebhinekaan.
Kabar dari media GNPF-MUI teman-teman  dari non muslim pun ikut aksi dalam aksi 212 ini. Membuktikan bahwa dalam aksi ini mereka hanya menuntu keadilan dan memberikan  pelajaran bahwa jangan ada lagi pelecehan dan penistaan terhadap agama manapun. Agar kita tetap damai dan bersaudara.
Catatan sejarah , 02 Desember 2016
Devi Pratiwi Sudrajat