LET's

Minggu, 27 September 2015

Yang Sederhana Saja


Oleh : Devi Pratiwi S

Yang sederhana saja
Karena hidup bukanlah mencari kesempurnaan
Tapi lebih dalam penerimaan

Yang sederhana saja
Cukup yang seiman dan satu tujuan
mampu membuat nyaman dan menenangkan
Karena rasa cinta akan tumbuh dari kenyamanan

Yang sederhana saja
Mengakui jika aku ada,
menjadikanku satu-satunya tempat untuk kembali pulang
Tidak hanya menerimaku yang banyak kekurangan
Tapi mampu menjadi agen perubah dalam kebaikan

Yang sederhana saja
Dia yang tidak menyerah dalam keadaan
Karena berat kita sama menanggung
Karena ringan kita sama melangkah
Sehidup sesurga

Yang sederhana saja
Yang selalu menyebutkanku di dalam do’anya
Setidaknya ia selalu mengingatMu sebelum mengingatku

Cukup yang sederhana saja Tuhan
Semoga do’aku ini tidak berlebihan.


12/Dzulhijah/1436 H

@Ruang penantian

Siluet by : Hilda Nur'anida

Sabtu, 12 September 2015

Quantum Ikhlas



“Allah ingin kita selalu belajar, belajar mencintai yang sewaktu-waktu pergi, menyayangi yang sewaktu-waktu hilang atau merindui yang sewaktu-waktu mati. Disana kita banyak belajar menyikapi kesendirian bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi” – Devi Pratiwi –

Pada hakikatnya kita bertemu untuk berpisah.

      Keterpisahan kata Rumi hanya tipu daya waktu. Karena setiap awal memiliki akhir, setiap pertemuan diringi perpisahan, setiap jiwa yang hidup pasti akan mati. 
Sungguh rumit jika kita memikirkan dan mempertanyakan recana Allah atas pertemuan kita. Bila pertemuan ini mengandung rahasia. Rahasia apa yang hendak Allah rencanakan ?
      Allah memberikan kita banyak ujian, menyampaikan pesan dan hikmah agar kita bisa selalu belajar. Ujian itu mungkin berupa sebuah pertemuan dan perpisahan.  Ujian itu mungkin berupa rasa kecintaan kita terhadap makhluk, terhadap dunia, terlalu ingin memiliki namun lupa yang ingin kita miliki sebenarnya suatu saat tanpa terduga dapat diambil dengan begitu mudahnya oleh sang Maha Memiliki.
        Selalu banyak cara Allah untuk mempertemukan dan memisahkan kita entah takdir antara seorang anak dan orang tua, suami dan istri, persahabatan, rekan kerja atau sepasang kekasih. Hanya tinggal persoal waktu seberapa lama kita memiliki jatah untuk bersama.

Pertemuan itu diiringi kebahagiaan dan kepergiaan itu diiringi keikhlasan

Engkau pernah melihat isak tangis haru orangtua  ketika pertama kali berjumpa dengan buah hatinya. Harapan tumbuh subur terhadap sang anak agar kelak menjadi insan yang paripurna. Atau engkau pernah melihat dua sejoli yang sedang jatuh cinta? pertemuan adalah hal yang paling membahagiakan dengan harapan “kelanggengan” selalu menyertai mereka. Indah karena pada hakikatnya sebuah pertemuan selalu diiringi dengan kebahagiaan.
 Hal itu tentu bertolak belakang dengan sebuah perpisahan. Isak tangis sang anak  ketika di batu nisan orangtuanya berharap sepenuh hati agar do’anya Allah dengar untuk kebaikan kedua orangtuanya. Pun dengan sejoli yang terlalu berharap banyak, perpisahan menjadi momentum saling membenci, memutuskan ikatan silahturahmi tapi ada juga yang menerimanya dengan penuh kesabaran serta penerimaan. Walau getir, itulah yang disebut dengan kedewasaan. Karena pada hakikatnya perpisahan selalu diiringi kesedihan salah satu penawarnya dengan keikhlasan yang membutuhkan proses.

Ketika engkau memutuskan untuk berpisah

         Pernahkan engkau merasa dalam persimpangan jalan?  mungkin terlalu bingung mana yang jalan yang harus kita lalui mempertahankan meski engkau tau begitu rumit atau melepaskan meski terasa masih indah. Beban ini tidak hanya pernah terjadi padamu, tapi padaku juga.
Tapi baru kali ini aku merasakan kelegaan tentang arti sebuah perpisahan. Meski sulit, meski sakit hal itu sedikit melegakan. Karena aku tau perpisahan ini untuk kebaikan, berpisah dengan kesadaran dan kedewasaan. Jalan untuk merelakan sesuatu yang amat dicintai adalah jalan kerelaan untuk untuk yang dicinta. Bukan untuk menyerah tapi kumaknai sebagai kesiapan untu menerima apapun yang kelak akan digariskan Allah.
      Disaat pertemuan dulu banyak harapan yang kita gantungkan, namun lagi-lagi hidup tak sepenuhnya berjalan sesuai rel rencana manusia. Disepanjang jalan itu ekspektasi tidak selalu berbanding dengan realita. Ada hal-hal yang mungkin harus diprioritaskan dan dikorbankan. Seandainya, disini aku bertindak sebagai korban dan bukan prioritas tidak dipungkiri aku merasa sangat kecewa karena mungkin harapan yang pernah aku tanam harus terkubur demi kebaikan bersama, katanya. Namun lagi-lagi aku harus merelakan sesuatu yang benar-benar belum menjadi milikiku. Aku harus sadar diri, bahwa perpisahan adalah jalan terbaik untuk saat ini. Entah kedepannya Allah mempersiapkan rencana apa lagi. Kesabaran adalah hal yang terbaik untuk dipertahankan. Tidak perlu memaksakan waktu untuk bersama jika memang belum sampai.  Aku hanya tak ingin menjadi beban untuk hidup seseorang saat ini. Pertemuan itu telah banyak membuat aku belajar tentang cinta, persahabatan, persaudaraan juga perjuangan.

Bab yang paling sulit adalah ilmu ikhlas

       Tidak mudah untuk melepas seseorang yang mungkin kita kasihi, sudah lama juga kita menaruh hati atau menyimpan banyak harapan, kenangan dalam perjalanan hidup. Kita merasa gejolak jiwa selalu menuntut untuk bisa selalu bersama. Baik itu untuk keluarga, sahabat, atau orang-orang yang kita cintai.  Tetapi aku kian sadar bahwa ketaatan butuh pengorbanan. Bukankah Allah pernah berjanji bahwa apabila kita meninggalkan sesuatu karena Allah maka Ia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Pun harapanku begitu, melepaskan merelakan kepergian seseorang karenaNya semoga menjadi tidak sia-sia, tidak ada penyesalan. Kita bertemu secara baik-baik pun ketika kita berpisah aku ingin kita selalu dalam keadaan baik. Tapi sebaik dan semanis apapun perpisahan tetap saja ia memisahkan, bukan?. Bagaimanapun alur hidup ini setidaknya pernah berusaha setulus hati, Karena Allah tidak ingin kita menyerah tapi ingin kita berserah. Semoga setiap kejadian menjadikan kita menjadi  pribadi yang lebih baik lagi.aamiin

Innalillahi wa innailaihi roji’un : sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali". 

Semoga selalu ada ampunan pada,  harapan disetiap pertemuan dan kesedihan disetiap perpisahan.

Devi Pratiwi S
12/09/15