LET's

Jumat, 19 Juni 2015

Dunia Profesi dan Pasca Sarjana



“ Allah tidak menolak do’a ku Dia hanya mengabulkannya di saat yang tepat”

Sudah hampir sembilan bulan lamanya rindu menulis disini, bukan karena tidak mau. Tapi karena waktu yang mungkin belum tepat kucurahkan segala perasaan disini. Mungkin bisa dibilang akhir-akhir ini “So Sibuk”. Tapi sebenarnya aku tak lupa menulis. Serpihan-serpihan perasaan, gagasan, harapan, masih kutilis berserakan di Note Handphone atau di note book. Dimana saja asal ada yang mendengar walau mereka tetap bungkam tidak bersuara.  Tapi hari ini khusus kusempatkan mengunjungi dan menuliskan rasa syukur tentang memasuki dunia baruku.

2015 di tahun ini Allah telah merahmatiku usia yang menginjak 23 tahun. Muda? Tentu saja tidak muda lagi aku bukan lagi ABG. Tua juga tidak, aku lebih senang menyebutnya dengan usia menuju matang. Usia dimana seseorang sedang merangkak meniti kesuksesan dari nol.

Selepas September 2014 lalu aku diwisuda sebagai tanda aku telah lulus kuliah dan resmilah menjadi sarjana pendidikan kimia. Beberapa hari setelah itu aku mencoba melamar perkerjaan tentunya menjadi seorang pengajar/ pendidik. Aku masukan CV dan legalisasi Surat Tanda Lulus  *saat itu ijazah belum keluar* ke beberapa Lembaga pendidikan formal (Sekolah) dan informal (Bimbingan belajar). Tidak lama setelah itu ada beberapa panggilan baik dari sekolah swasta maupun tempat bimbel aku jalani beberapa tahap test TPA, microteaching dan konten. Dengan kehendak Allah SWT akhirnya aku mulai bekerja di sebuah bimbingan belajar ternama di Kota Bandung. Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang aku ambil dari lembaga ini. Ilmu yang alhamdulillah dapat aku amalkan kepada anak didiku serta mengenal rekan-rekan kerja yang heterogen. Alhamdulillah di lembaga ini aku merasa rekan-rekan kerja memiliki rasa empathy tinggi.

          Mengajar adalah cita-citaku sejak kecil. Entah kenapa aku senang menghadapi anak-anak yang memang notabene memiliki karakter dan kemampuan intelegen yang berbagai macam. Terlebih mengajar di tempat bimbel jauh berbeda dengan mengajar disekolah. Disini kita dituntut untuk bersabar dalam menghadapi peserta didik karena mengajar di bimbel mengedepankan pelayanan terbaik agar anak mendapat prestasi disekolah sebaik mungkin. Anak didiku memanggilku “Kakak” tidak lagi ibu seperti kala aku mengajar disekolah dulu.  Ya memang berbagai macam, ada yang datang dan serius belajar, ada yang datang hanya untuk memenuhi absensi, ada juga yang inginnya curhat dan malas belajar. Disitulah peran kita diposisikan sebagai tutor tidak hanya sebagai guru. Kedekatan dengan anak lebih di utamakan, jika kita sudah dekat dengan anak tersebut akan merasa nyaman dan kita menjadi tau kesulitan belajar dan masalah yang dihadapi anak didik kita. Ya begitulah walau baru delapan bulan tapi rasanya nano-nano ^_^ .


          Dalam karier tentu setiap orang memiliki pencapaian tertentu. Di Tahun 2015 ini aku ingin sekali, diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah pasca sarjana. Dengan niat yang kuat, usaha, do’a dan keyakinan pada tanggal 2 April tepat hari ulang tahunku. Aku mencoba mendaftarkan diri mengikuti seleksi pasca sarjana di UPI Bandung. Mengingat kampus ini adalah kampus idamanku, sayangnya 2010 lalu aku gagal SNMPTN, tapi ditahun ini Allah menunjukan kebesarannya,  Allah tidak menolak do’a ku Dia hanya mengabulkannya di saat yang tepat dan  di Tahun 2015 ini Allah menjawab do’a dan harapanku. 2 Ramadhan tepatnya 19 Juni Aku dinyatakan LULUS sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia program studi Pendidikan Kimia. Tidak pernah berhenti rasa syukur ku panjatkan atas kesempatan ini. Allah selalu ada untuku.

          Kabar gembira ini tentu aku sampaikan kepada kedua orang tua, sahabat-sabahat yang senantiasa mendo’akan dan mendukungku. Untuk mereka yang selalu mencintaiku dengan tulus. Ayah bertanya “ Yakin mau lanjut S2?” aku jawab “ Yakin” dengan mantap. “ Ayah lulusan S1 dan berharap punya anak memiliki pendidikan lebih tinggi, Ibu menjadi guru berharap anaknya bisa jadi dosen. Lulusan S2 mungkin sekarang banyak, jangan hanya sekedar untuk bergaya. Tapi diniatkan dengan baik mau dibawa kemana gelar kita” Ungkap ayah.   
          Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Aku tidak mau menjadikan sekolah ini sebagai beban, ajang untuk mencari gelar saja. Tapi bagaimana di jenjang ini aku bisa belajar dan mencari ilmu sebanyak dan sebaik mungkin agar kelak aku bisa menebar manfaat dimanapun aku berada. Urusan nanti jadi guru , dosen, PNS atau ibu rumah tangga. Aku selalu tawakal tentang ketetapan Allah pasti terbaik walau pasti akupun memiliki harapan tentang masa depan. Pun kedepannya semoga Allah kembali meridhoi usahaku dan mengizinkan untuk mendapat beasiswa agar bisa meringankan beban ayah dan ibu.

          Banyak orang mengatakan untuk apa seorang perempuan sekolah tingg-tinggi karena pada akhirnya ia akan mengurus rumah tangga. Memang benar kodrat seorang perempuan kelak jika telah menikah adalah keluarga sebagai prioritas. Pendidikan tinggi untuk perempuan pada intinya bukan untuk menyaingi laki-laki atau sebagai karyawati. Namun, bukankah seorang manusia akan menjadi suatu generasi terlahir dari rahim seorang wanita, dididik oleh seorang wanita, sebagian gen kecerdasan itu warisan dari wanita. Oleh karena itu aku masih percaya jika generasi terbaik dilahirkan oleh wanita terbaik pula.
Walau pada akhirnya setiap wanita harus meminta persetujuan dari suami tentang profesi dan karir mereka agar tidak meninggalkan hak dan kewajibannya ketika kelak sudah memiliki keluarga sendiri. Pun begitu pula diriku kelak. Karena satu nasihat yang selalu ku ingat bahwa “Keberhasilan tertinggi seorang wanita akan didapatkan ketika ia berhasil taat dan mendapat ridha dari orangtua dan suaminya, sebuah hadits mengatakan pelayananmu terhadap suamimu, adalah surga atau nerakamu”. Perihal ada statemen bahwa laki-laki akan minder jika seorang perempuan memiliki pendidikan terlalu tinggi. Aku tidak sepenuhnya percaya. Laki-laki yang mampu menjadi imam yang baik justru ia yang berusaha menjadi yang terbaik, sama-sama memantaskan diri, tidak memandang rendah atau terlalu tinggi orang lain. Yang mampu menerima kekurangan serta kelebihan masing-masing agar suatu saat dapat saling melengkapi bersama-sama menggapai ridho IllahiRabbi. In Syaa Allah.  

Selamat datang dunia Profesi dan Pasca Sarjana. Semoga aku selalu dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga, agama dan bangsa. Selalu menjadi manusia yang bermanfaat.
Diberi kelancaran dan kemudahan dalam setiap prosesnya. Dan yang paling penting yang kuharapkan semoga Allah selalu ridha dalam setiap cita-citaku. Aamiin

Bismillah,



Devi Pratiwi Sudrajat. J